tag:blogger.com,1999:blog-85957736494342219272024-02-07T10:25:41.564-08:00HA"BATAK"ON"Argado bona ni pinasa diakka halak nabisuk marroha"sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-87059620686173051382013-02-16T04:51:00.002-08:002013-02-16T04:51:46.039-08:00Nilai Filosofi dan Falsafah Budaya Batak, Menunjang, menjadi Unggul <h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Nilai Filosofi dan Falsafah Budaya Batak, Menunjang, menjadi Unggul
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<span style="color: red; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 15.5pt;"></span> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: red; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 15.5pt;">Nilai Filosofi dan Falsafah Budaya Batak, Menunjang, menjadi Unggul.
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">
<br /><span style="color: #3366ff;">Nilai Filosofi dan Falsafah
Budaya beperan sebagai factor penunjang yang mampu menjaga dan menunjang
keseimbangan Harmonisasi kehidupan dan menjadi unggul. Suatu Narasi
sederhana yang perlu direnungkan,</span></span><span lang="EN-US" style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">
<br />Sungguhkah keberhasilan Seorang Manusia dimasa yang lalu dan masa
sekarang, hanya oleh berkat pendidikan Modern dan oleh peradaban,
pengalaman dari Negara luar yang lebih dulu maju semata?.</span><span lang="EN-US" style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">
<br />
<br />Jelas dan sangat nyata Pendidikan formal bukanlah semata mata factor
utama akan tetapi adanya factor penunjang keberhasilan tersebut.
Bagaimana dengan SIKAP MENTAL, SIKAP SIPIRITUAL, SIKAP NASIONALISME,
SIKAP SOLIDARITAS, SIKAP KETELADANAN. Elemen elemen ini turut menjadi
bahan pertimbangan.</span><span lang="EN-US" style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">
<br />
<br />Nilai falsafah Batak Asli jika diamalkan terbukti mampu mengatur
keseimbangan menjadi unggul dalam kehidupan terhadap lingkungan. Yang di
perkokoh dengan kuat oleh ajaran Agama yang <b><i>menjadi prioritas utama.</i></b></span><b><i><span lang="EN-US" style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">
<br />Banyak Nilai positif dari falsafah Batak ( Umpasa umpasa dalam
bahasa batak).yang berbentuk sajak dan dengan kata iain Pepatah, atau
semboyan. yang sudah dimiliki sejak dulu yang mengandung muatan unggul
kwalitas SDM. Nilai Positif ini dapat saja dimiliki siapa pun non batak.
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
</span><span style="color: #33cc00; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 15.5pt; line-height: 115%;">Ada 10. Pokok Hidup untuk dimiliki</span><span style="color: #33cc00; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">.
</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">
</span><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1.</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Tetap Semangat , dan Memiliki Motivasi yang tinggi.dan harga diri.
<br />
<br />Umpasa ( Pepatah Batak)
<br />TANDA LAGUM ASA HASEA HO.
<br />METMET SI HAPOR PUNJUNG DIUJUNG DO SIMANJUJUNGNA.
<br />
<br />Artinya a. Kenalilah akan diri sendiri supaya Sukses.
<br />b. Sekecil apapun belalang tetap kepalanya menjadi Jungjungannya.
<br />
</span><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">2.</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Menunjukkan low Profil.
<br />
<br />Umpasa ( Pepatah Batak) .
<br />NAJAGAR DIJOLO DIJOLO, NAJAGAR DIPUDI PUDI
<br />GIRGIR MANANGI NANGI BAKKOL MAKKATAHON JALA SEREP MARROHA.
<br />
<br />Artinya.
<br />Jadikanlah dirimu sering untuk mendengar, tidak apatis, tetapi perlu
batasan untuk mengatakan menyampaikiannya dan tetap rendah hati tidak
pernah sombong.
</span><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">3.</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Belajarlah tanpa batas karena suasana yang kompetitif.
<br />
<br />Umpasa ( Pepatah Batak)
<br />IJUK DIPARA PARA, HOTANG DIPARLABIAN, NABISUK NAMPUNA HATA NAOTO TUPANGGADISAN.
<br />
<br />Artinya Orang yang pintar atau pandai akan mendapat tempat yang lebih baik dari yang tidak.
<br />
</span><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">4.</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Tampillah dengan selalu Sopan dan santun.
<br />
<br />Umpasa ( Pepatah Batak)
<br />PANTUN DOHANGOLUAN TOIS DO TUHAMAGOAN/HAMATEAN.
<br />
<br />Artinya. Orang berperilaku Sopan dan santun adalah cikal bakal
kehidupan yang baik tetapi berperilaku sombong dan anggkuh awal dari
kehancuran.
<br />
</span><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">5.</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Rajin Bekerja dan Kerja keras
<br />
<br />Umpasa ( Pepatah Batak)
<br />PIDONG HARIJO, PIDONG HARANGAN SITAPI TAPI PIDONG TOBA,
<br />NAGOGO MANGULA DO BUTONG MANGAN, NAJUGUL MARGURU DO DAPOTAN PODA.
<br />
<br />Artinya. Orang yang gigih bekerja adalah mendapat mudah Rejeki dan orang ang gigih belajar akan mendapat ilmu lebih.
<br />
</span><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">6.</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Taat Hukum dan Peraturan.
<br />
<br />Umpasa ( Pepatah Batak)
<br />BARIS BARIS NI GAJA TURURA PANGALOAN
<br />MOLO MARSURU RAJA NAIKKON DO OLOAN.
<br />
<br />Artinya. Setiap Perintah Atasan atau yang lebih tua haruslah di laksanakan. Dan taat pada atasan.
<br />
</span><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">7.</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Mampu berintegrasi dan Adaptasi yang tinggi.
<br />
<br />Umpasa ( Pepatah Batak)
<br />MUBA DOLOK , MUBA DUHUTNA, MUBA LAUT ,MUBA UHUMNA SIDAPOT SOLUP DO NARO.
<br />
<br />Artinya. Lain daerah lain kebiasaannya, lain Kelompok /organisasi
lain juga peraturannya, setiap pendatang baru wajib menghormatinya.
<br />
</span><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">8.</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Rasa Solider yang tinggi dan Kesetia kawanan.
<br />Umpasa ( Pepatah Batak)
<br />MANUK NI PEA LANGGE HOTEK HOTEK LAHO MARPIRA
<br />NASIRANG MARALE ALE LOBIAN MATEAN INA.
<br />
<br />Artinya ini mengambarkan Manusia batak suka begaul dan mempunyai
banyak teman, Jika kita kehilangan seorang handai taulan sepertinya kita
merasa melebihi kehilangan seorang ibu yang kita cintai.
<br />
</span><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">9.</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Miliki nilai Demokrasi tinggi.
<br />
<br />Umpasa ( Pepatah Batak)
<br />RATA PE BULUNG NI SALAK, RATAAN DOPE BULUNG NI SITOROP, ULI PE HATA NI SAHALAK, ULIAN DOPE HATA TOROP.
<br />
<br />Artinya Menjungjung tinggi Nilai nilai Demokrasi.
<br />Walaupun pendapat seseorang sudah baik tetapi keputusan bersama adalah lebih baik
<br />
</span><span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">10.</span><span style="color: #3366ff; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Pasrah dan penyerahan diri kepada Tuhan.
<br />
<br />Umpasa ( Pepatah Batak)
<br />DOLOK MARTIMBANG HATUBUAN NI SIBOROT,
<br />DEBATA NA DIGINJANG SUHAT SUHAT NI JOLAMA JALA NAPAROROT.
<br />
<br />Artinya Tuhan yang maha kuasa menjadi hakim Manusia dan Dia lah yang melindungi</span>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-36365310909062709982013-02-03T21:28:00.001-08:002013-02-03T21:28:27.863-08:00hata poda tu hela dohot tu borunaParasaran ni misang tombak ni Panggabean<br />
Sai masiaminaminan ma hamu songon lampak ni pisang<br />
Sai marsintungkultungkolan songon suhat di robean<br />
<br />
Aek sihoruhoru di toru ni dolok Martimbang<br />
Rap manimbung ma hamu ia tu toru, rap mangangkat ia tu ginjang<br />
<br />
Napuran ni Lumbanjulu tu gambir ni Pahae<br />
Rap Mangalangka ma hamu ia tu julu<br />
Rap mangambe ia tu jae<br />
<br />
Tu ho Boru hasian dohononhu ma:<br />
Molo ogung na mabola, pintor dipaboa do luhana<br />
Molo parumaen na marroha pintor dibuat do roha simatuana<br />
<br />
Sibigo ambaroba rara hulinghulingna<br />
Gabe uli do parrupa na roam asal ma lambok pangkulingna<br />
<br />
Angka Umpasa Pasupasu :<br />
Tubu ma singkoru di lambung ni tandiang<br />
Sai tibu ma hamu marurat tu toru jala tibu marbulung tu ginjang<br />
<br />
Na hinunti hirang marisi gadong sipapua<br />
Badanmuna ma na so sirang sahat tu na saurmatua<br />
<br />
Tinampul bulung salak laos hona bulung singkoru<br />
Sai tibu ma hamu paabingabing anak jala tibu mangompa boru<br />
<br />
Horbo ni sibuluan manjampal di balian<br />
Sai manumpak ma di hamu Tuhan, Sai tiur nang pansariansudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-50284745882838732552013-02-03T21:23:00.002-08:002013-02-03T21:24:18.879-08:00dalihan na tolu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://horastano-batak.blogspot.com/2011/04/dalihan-na-tolu.html" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="dalihan-na-tolu"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEHUyUz91tRHn-HblGNWct-f31WQW8ex7PVKcFgdxWA9O6WxyOjd5Nb56RjwK3CUP1E1sNIKkFAGacBZOTB9__brXwabLq1cyhoDnVZCgaSo_SyWHd7W1zwmE1_ACe62AwfLebBByoMDic/s320/dalihan_natolu.jpg" width="250" /></a></div>
<br />sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-87673673600421486422013-02-03T21:23:00.000-08:002013-02-03T21:23:08.525-08:00DALIHAN NA TOLU Sebagai Pertalian Hubungan Antara Keturunan Batak<div style="text-align: justify;">
<b>Pengertian Dalihan</b> adalah tungku yang dibuat dari batu, sedangkan
Dalihan natolu ialah tungku tempat memasak yang terdiri dari tiga batu.
Ketiga dalihan yang ditanam berdekatan ini berfungsi sebagai tungku
tempat memasak. <b>Dalihan</b> harus dibuat sama besar dan ditanam
sedemikian rupa sehingga jaraknya simetris satu sama lain serta
tingginya sama dan harmonis.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pada zamannya, kebiasaan masyarakat Batak memasak di atas tiga tumpukan
batu, dengan bahan bakar kayu. Tiga tungku itu, dalam bahasa Batak
disebut dalihan. <b>Falsafah</b> dalihan natolu paopat sihal-sihal dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tungku merupakan bagian peralatan rumah yang sangat vital. Karena
menyangkut kebutuhan hidup anggota keluarga, digunakan untuk memasak
makanan dan minuman yang terkait dengan kebutuhan untuk hidup. Dalam
prakteknya, kalau memasak di atas dalihan natolu, kadang-kadang ada
ketimpangan karena bentuk batu ataupun bentuk periuk. Untuk
mensejajarkannya, digunakan benda lain untuk mengganjal. Dalam bahasa
Batak, benda itu disebut Sihal-sihal. Apabila sudah pas letaknya, maka
siap untuk memasak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="http://horastano-batak.blogspot.com/2011/04/dalihan-na-tolu.html" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;" target="dalihan-na-tolu"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVLPd8LEA_ZE3x2wDy6_5oojpv6XCREWRgv06z5I6Rx-e0bt2UCVCGeKa8IV6X-XWPIN3vyXxw0WlzzRmix2ar2RyXF121KAC3kKP0X6IIB9DFP775FvtDcTtXf1oNyiPLrxiCkTVHm2QY/s320/Dalihan_na_tolu.jpg" width="250" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ompunta naparjolo martungkot sialagundi. Adat napinungka ni naparjolo sipaihut-ihut on ni na parpudi. <b>Umpasa</b> itu sangat relevan dengan falsafah dalihan natolu paopat sihal-sihal sebagai sumber <b>Hukum Adat Batak</b>.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Apakah yang disebut dengan dalihan natolu paopat sihal-sihal itu ? dari
umpasa di atas, dapat disebutkan bahwa dalihan natolu itu diuraikan
sebagai berikut :</div>
<blockquote class="tr_bq">
Somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru. Angka na so
somba marhula-hula siraraonma gadongna, molo so Manat mardongan tubu,
natajom ma adopanna, jala molo so elek marboru, andurabionma tarusanna.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Itulah tiga <b>Falsafah Hukum Adat Batak</b> yang cukup adil yang akan
menjadi pedoman dalam kehidupan sosial yang hidup dalam tatanan adat
sejak lahir sampai meninggal dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Somba marhula-hula</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hula-hula dalam <b>Adat Batak</b> adalah keluarga laki-laki dari pihak
istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh
anak. Dalam adat Batak yang paternalistik, yang melakukan peminangan
adalah pihak lelaki, sehingga apabila perempuan sering datang ke rumah
laki-laki yang bukan saudaranya, disebut bagot tumandangi sige.
(artinya, dalam budaya Batak tuak merupakan minuman khas. Tuak diambil
dari pohon Bagot (enau). Sumber tuak di pohon Bagot berada pada mayang
muda yang di agat. Untuk sampai di mayang diperlukan tangga bambu yang
disebut Sige. Sige dibawa oleh orang yang mau mengambil tuak (maragat).
Itulah sebabnya, Bagot tidak bisa bergerak, yang datang adalah sige.
Sehingga, perempuan yang mendatangi rumah laki-laki dianggap menyalahi
adat.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pihak perempuan pantas dihormati, karena mau memberikan putrinya sebagai
istri yang memberi keturunan kepada satu-satu marga. Penghormatan itu
tidak hanya diberikan pada tingkat ibu, tetapi sampai kepada tingkat
ompung dan seterusnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hula-hula dalam adat Batak akan lebih kelihatan dalam upacara Saurmatua
(meninggal setelah semua anak berkeluarga dan mempunyai cucu). Biasanya
akan dipanggil satu-persatu, antara lain : Bonaniari, Bonatulang,
Tulangrorobot, Tulang, Tunggane, dengan sebutan hula-hula.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Disebutkan, Naso somba marhula-hula, siraraon ma gadong na. Gadong dalam
masyarakat Batak dianggap salah satu makanan pokok pengganti nasi,
khususnya sebagai sarapan pagi atau bekal/makan selingan waktu kerja
(tugo).</div>
<div style="text-align: justify;">
Siraraon adalah kondisi ubi jalar (gadong) yang rasanya hambar.
Seakan-akan busuk dan isi nya berair. Pernyataan itu mengandung makna,
pihak yang tidak menghormati hula-hula akan menemui kesulitan mencari
nafkah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam adat Batak, pihak borulah yang menghormati hula-hula. Di dalam
satu wilayah yang dikuasai hula-hula, tanah adat selalu dikuasai oleh
hula-hula. Sehingga boru yang tinggal di kampung hula-hulanya akan
kesulitan mencari nafkah apabila tidak menghormati hula-hulanya.
Misalnya, tanah adat tidak akan diberikan untuk diolah boru yang tidak
menghormati hula-hula (baca elek marboru).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Manat Mardongan Tubu.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dongan tubu dalam adat Batak adalah kelompok masyarakat dalam satu
rumpun marga. Rumpun marga suku Batak mencapai ratusan marga induk.
Silsilah marga-marga Batak hanya diisi oleh satu marga. Namun dalam
perkembangannya, marga bisa memecah diri menurut peringkat yang dianggap
perlu, walaupun dalam kegiatan adat menyatukan diri. Misalnya: Si Raja
Guru Mangaloksa menjadi Hutabarat, Hutagalung, Panggabean, dan
Hutatoruan (Tobing dan Hutapea). Atau Toga Sihombing yakni Lumbantoruan,
Silaban, Nababan dan Hutasoit.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dongan Tubu dalam adat batak selalu dimulai dari tingkat pelaksanaan
adat bagi tuan rumah atau yang disebut Suhut. Kalau marga A mempunyai
upacara adat, yang menjadi pelaksana dalam adat adalah seluruh marga A
yang kalau ditarik silsilah ke bawah, belum saling kimpoi.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Gambaran dongan tubu adalah sosok abang dan adik. Secara psikologis
dalam kehidupan sehari-hari hubungan antara abang dan adik sangat erat.
Namun satu saat hubungan itu akan renggang, bahkan dapat menimbulkan
perkelahian. seperti umpama “Angka naso manat mardongan tubu, na tajom
ma adopanna’. Ungkapan itu mengingatkan, na mardongan tubu (yang
semarga) potensil pada suatu pertikaian. Pertikaian yang sering berakhir
dengan adu fisik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam adat Batak, ada istilah panombol atau parhata yang menetapkan
perwakilan suhut (tuan rumah) dalam adat yang dilaksanakan. Itulah
sebabnya, untuk merencanakan suatu adat (pesta kimpoi atau kematian)
namardongan tubu selalu membicarakannya terlebih dahulu. Hal itu berguna
untuk menghindarkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan adat.
Umumnya, Panombol atau parhata diambil setingkat di bawah dan/atau
setingkat di atas marga yang bersangkutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Elek Marboru</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Boru ialah kelompok orang dari saudara perempuan kita, dan pihak marga
suaminya atau keluarga perempuan dari marga kita. Dalam kehidupan
sehari-hari sering kita dengar istilah elek marboru yang artinya agar
saling mengasihi supaya mendapat berkat(pasu-pasu). Istilah boru dalam
adat batak tidak memandang status, jabatan, kekayaan oleh sebab itu
mungkin saja seorang pejabat harus sibuk dalam suatu pesta adat batak
karena posisinya saat itu sebagai boru.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada hakikatnya setiap laki-laki dalam adat batak mempunyai 3 status
yang berbeda pada tempat atau adat yg diselenggarakan misalnya: waktu
anak dari saudara perempuannya menikah maka posisinya sebagai Hula-hula,
dan sebaliknya jika marga dari istrinya mengadakan pesta adat, maka
posisinya sebagai boru dan sebagai dongan tubu saat teman semarganya
melakukan pesta.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Versi Lain Tentang Dalihan Na Tolu</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sistem kekerabatan orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti
sejak dilahirkan hingga meninggal dalam 3 posisi yang disebut <b>DALIHAN NA TOLU</b> (<u><b>Bahasa Toba</b></u>) atau <b>TOLU SAHUNDULAN</b> (<u><b>Bahasa Simalungun</b></u>).</div>
<div style="text-align: justify;">
"<b>Dalihan Natolu</b>" ini melambangkan sikap hidup orang batak dalam bermasyarakat. "Dalihan Natolu" yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Marsomba tu Hula-Hula. "<b>Hula-Hula</b>" adalah Orang tua dari
wanita yang dinikahi oleh seorang pria, namun hula-hula ini dapat
diartikan secara luas. Semua saudara dari pihak wanita yang dinikahi
oleh seorang pria dapat disebut hula-hula. Marsomba tu hula-hula artinya
seorang pria harus menghormati keluarga pihak istrinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Elek Marboru. Boru adalah anak perempuan dari suatu marga, misalnya
boru gultom adalah anak perempuan dari marga Gultom. Dalam arti luas,
istilah boru ini bukan berarti anak perempuan dari satu keluarga saja,
tetapi dari marga tersebut. Elek marboru artinya harus dapat merangkul
boru.Hal ini melambangkan kedudukan seorang wanita didalam lingkungan
marganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Manat Mardongan Tubu. Dongan Tubu adalah saudara-saudara semarga.
Manat Mardongan Tubu melambangkan hubungan dengan saudara-saudara
semarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalihan Na Tolu bukanlah kasta karena setiap orang Batak memiliki ketiga
posisi tersebut: ada saatnya menjadi Hula hula/Tondong, ada saatnya
menempati posisi Dongan Tubu/Sanina dan ada saatnya menjadi <b>BORU</b>.
Dengan Dalihan Na Tolu, adat Batak tidak memandang posisi seseorang
berdasarkan pangkat, harta atau status seseorang. Dalam sebuah acara
adat, seorang Gubernur harus siap bekerja mencuci piring atau memasak
untuk melayani keluarga pihak istri yang kebetulan seorang Camat. Itulah
realitas kehidupan orang Batak yang sesungguhnya. Lebih tepat dikatakan
bahwa Dalihan Na Tolu merupakan <b>SISTEM DEMOKRASI</b> Orang Batak karena sesungguhnya mengandung nilai nilai yang universal.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Dalihan Na Tolu</b> ini menjadi pedoman hidup orang Batak dalam
kehidupan bermasyarakat. Contoh lain adalah adat "Mangulosi" dalam pesta
perkawinan orang Batak. Apakah artinya? Mangulosi ini adalah
menyelimutkan ulos kepada kedua mempelai yang melambangkan pemberian
restu orang tua kepada anaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika ditelaah lebih dalam, seni budaya batak yang sudah dipakai sejak
ratusan tahun yang lalu itu banyak mengandung segi positifnya. Namun ada
beberapa hal negatif dari budaya batak yang harus kita tinggalkan,
misalnya budaya banyak bicara sedikit bekerja. Memang orang batak
terkenal pintar berbicara.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini terlihat dari banyaknya pengacara-pengacara batak yang sukses.
Akan tetapi kepintaran berbicara ini sering disalahgunakan untuk
membolak-balikan fakta. Yang hitam bisa jadi putih dan yang putih bisa
jadi hitam ditangan pengacara batak (walaupun tidak semua).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal lain yang negatif adalah budaya "<b>HoTeL</b>". HoTeL adalah singkatan dari:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Hosom yang artinya dendam. Konon orang batak suka mendendam sesama saudara</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Teal yang artinya sombong, yang dapat terlihat dari cara bicara, sikap hidup, dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Late yang artinya Iri Hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah HoTeL ini hanya ada pada orang Batak saja? Kita sebagai generasi
muda harus dapat mempertahankan budaya yang positif dan meninggalkan
yang negati</div>
sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-19065429657069299432013-02-03T21:15:00.001-08:002016-10-26T03:02:42.973-07:00Kumpulan Umpasa ni Halak Batak :<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-weight: normal; line-height: normal; margin: 0px; position: relative;">
<a href="http://sudianto-hutasoit.blogspot.co.id/2013/02/kumpulan-umpasa-ni-halak-batak-sebagai.html" style="color: #33aaff; text-decoration: none;">Kumpulan Umpasa ni Halak Batak sebagai Kalimat Nasehat</a></h3>
<div class="post-header" style="background-color: white; color: #999999; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13.5px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-5775088386193351498" itemprop="description articleBody" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 1.4; position: relative; width: 578px;">
<div style="text-align: justify;">
Pada kesempatan ini saya berbagi waktu untuk menuliskan beberapa kalimat nasehat yang selalu dijaga oleh suku Batak dimanapun mereka berada, sebagai seorang suku batak sudah sepantasnya kita menjaga warisan nenek moyang. Mudah-mudahan setelah Anda membaca dan memahami makna kalimat dari <b>Umpasa ni Halak Batak</b> ini, anda dapat mempergunakannya dan menerapkannya dalam kehidupan anda dalam keluarga maupun bermasyarakat. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini merupakan kalimat <b>Nasehat Orang Batak</b> atau sering disebutkan dengan <b>UMPASA</b>yang sangat bersifat Positif dan akan selalu dijaga oleh setiap suku batak sebagai warisan dari Nenek Moyang. Ini adalah sarana bahwa hukuman yang dijatuhkan oleh nenek moyang suku batak dan sampai sekarang akan selalu disimpan dalam hidup sehari-haari, selalu ingat dan mempraktekkan apa makna yang tersirat dari kalimat Umpasa tersebut. Seperti lirik-lirik yang ada pada lagu <u><b>HORAS SAYUR MATUA</b></u> yang Berarti Kita Akan Selalu Diberkati Hingga Masa Tua, memiliki Cucu hingga generasi ke generasi.</div>
</div>
<b><br /></b>
<b>Kumpulan Umpasa ni Halak Batak :</b><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
# <i>Urat ni gatap tano, rongging marsiranggoman<br />Age pe padao-dao,Tondyttai tong marsigomgoman. </i>Artinya Walaupun kita ber jauh-jauhan tetapi hati dan jiwa kita akan selalu berdekatan<i>.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
# <i>Ia bagod i nakkih, ilambung ni sampuran <br />Ia jaman on jaman canggih, ulang lupa hubani Tuhan, </i>Artinya walaupun jaman sudah canggih tetapi jangan lah melupakan tuhan. <i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
# <i>Halambir ni sindamak, ikuhur dop ibola<br />Sinaha pe nini halak, ulang lupa bani horja, </i>Artinya<i> </i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
# <i>Juma ni Tigarunggu, tubuhan lata-lata<br />Rajin ma hita marminggu, ase tong-tong ihasomani Tuhanta, </i>Artinya RajinLah Selalu Memuji tuhan ke gereja agar kita selalu dilindungi tuhan.<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i># Sinjata ni Indonesia, mariam dohot mortir<br />Andohar Indonesia
jaya,Rakyat ni pe homa makmur, Artinya Senjata orang indonesia Meriam
dan martir, setelah indonesia merdeka rakyatpun menjadi makmur.<br /><br /># I lambung passa-passa, Tubu bonani tobu<br />Age aha pe namasa,Hita ulang mahua, Artinya Apapun yang Terjadi Kita Selalu Tenang.<br /><br /># Ratting ni hayu bor-bor, ibaen hu pingging pasu<br />Anggo rajinmartonggo, Jumpahan pasu-pasu, Artinya Jika anda rajin Menjalankan Adat..anda akan selalu mendapat berkah.<br /><br /># Boras ibagas supak, ibaen huparasanding<br />Horas nasiam namulak, horas homa hanami na tading, Artinya Selamat lah anda yang bepergian..dan damailah anda yang ditinggal.<br /><br /># Borasni purba tua, iboan hu tiga balata<br />Horas
ma hita sayur matua, itumpak-tumpak Naibatanta, Artinya Damai
Sejahteralah Bagi Orang Tua dan di dalam perlindungan tuhan kita.<br /><br /># Andor hadukka ma togu-togu ni lombu, togu-togu ni horbo, itogu hu Ajibata<br />Horas ma hita sayur matua, patogu-togu pahompu, das mar nini mar nono,<br />ipasu-pasu
Naibatanta, Artinya Damai Sejahtralah bagi orang tua,Mengajar-ajarin
anak sampai kecucu-cucunya agar selalu diberkati tuhan kita.<br /><br /># Urat ni nangka, urat ni hotang<br />Hujape hita manlangkah, sai dapot-dapotan, Artinya Kemanapun kita melangkah Akan selalu mendapat berkah.<br /><br /># Tubuh ma sanggar dohot tobu, dohor hupagar kawat<br />Tubuh
ma anak pakon boru, jadi jolma na marpangkat Artinya Lahirlah Anak
lelaki dan anak perempuan dari kamu hingga menjadi anak yang berguna
bagi nusa dan bangsa.<br /><br /># Urat ni riba dagei iboan hu Sukadame<br />Ulang bei sai marbadai, sai roh ma uhur dame, Artinya Janganlah Anda selalu bertengkar..tetapi Ajaklah untuk selalu berdamai.<br /><br /># Dalan hua Ajibata, adong do tubuh Pisang<br />Anggo
domma marrumah tangga, ulang ma adong hata mandok sirang, Artinya Jika
anda sudah berumah tangga,jangan pernah untuk berpisah.<br /><br /># Tubu sanggar dohot tobu i dolok-dolok<br />Tubu ma anak pakon boru na mok-mok. Artinya Lahirlah dari pada kamu anak yang sehat dan gemuk.<br /> </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i># Arirang ni palia, madek-dek hu bong-bongan<br />Age adong parsalisihan, ulang mar sidom-doman, Artinya walaupun anda punya perselisihan..tetapi janganlah anda saling mendendam.<br /><br /># Tubu ma sanggar dohot tobu, parasaran ni piduk<br />Tubu ma anak pintar dohot boru na bisuk, Artinya Lahirlah dari padamu anak yang pintar dan putri yang rajin.<br /><br /># Tubuh ma silanjuyang, itagil lang ra melus<br />Aha pe lang na hurang, anggo marhasoman Jesus, Artinya Tidak akan berkekurangan jika anda selalu berteman dengan yesus tuhan.<br /><br /># Sada sikortas kajang, padua kortas hulipat<br />Sadokah ham marlajang, sada ham do hansa na hudingat</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i> # Habang ma anduhur, sogop hu goring-goring<br />Anggo pusuk uhur, eta ham mandoding-doding<br /><br /># Hondor ma langge mu, i dolok si Marsolpah<br />Holong ni ateimu, ingaton ku do ai madokah<br /><br /># Sihala sibarunje, ruak sihala bolon<br />Santabi ma bani umbei, dear nalang tarhorom<br /><br /># Itampul bulu lihom, bulung ni irantingkon<br />Hatamu do masihol, hape uhur mu manadingkon<br /><br /># Sedo lak-lak hasundur, haronduk ni buluk ku<br />Sedo halak hu sukkun, harosuh ni uhurhu<br /><br /># Tumpak ni piring ledeng, paledang-ledang pahu<br />Loja do hapeni inang, pagodang-godang kon au<br /><br /># Laklak itallik-tallik, i lambung ni pea-pea<br />halak na tahan marsik, ujungni jadi jolma na hasea<br /><br /># Lak-lakni tamba tua, hoppa mambuat kuah<br />Pasangap orangtua, tong-tong dapotan tuah<br /><br /># Lampuyang sakaranjang, bulung ni seng sadiha<br />Akkula do marganjang, uhur seng ope sadiha<br /><br /># Marboras ma halawas, i jual hu Belanda<br />Horas ma nasiam martugas, haganupan wartawan<br /><br /># Haporas ni silongkung, i huning i tubai<br />Anggo domma harosuh, ulang isumengi, lang ibadai<br /><br /># Isuan ma timbaho, isuan manoran-noran<br />Paubah ma parlaho, ulang songon sapari, ase iharosuhkon hasoman<br /><br /># Talaktak porling, sogop i bukkulan ni sopo<br />Indahan ni mata do borngin, ulang lalap ibodei lapo<br /><br /># Ulang ihondor gumba, timbaho sihondoran<br />Ulang martonggo rupa, parlaho do sitonggoran<br /><br /># Anduhur pinurputan, tading iparsobanan<br />Anggo uhur tinurutan, lang mar parsaranan<br /><br /># Rage anak ni bintang, rage so hapulhitan<br />Buei do hata namantin, paima tangan dapotan<br /><br /># Timbaho ni simarban, ulang mago sanrigat<br />Age lingot panonggor, ulang lupa pardingat<br /><br /># Boras sabur-saburan, iboban ni pinggan pasu<br />Horas hita ganupan, sai jumpahan pasu-pasu<br /><br /># Itarik gula, itanik songon tali<br />Age pe otik nasinari, ulang marsurei<br /><br /># Irlak-irlak ma senter, itoru ni durian<br />Lang adong labuni jenges, anggo talu do ujian<br /><br /># Initak ma sambor-bor, boras ronggit-ronggitan<br />Ijon hita manortor, ulang be borit-boritan<br /><br /># Lang be tartalgis hon, pagaman ma na ronggos hon<br />lang be tartangishon, paganan ma na tor-torhon<br /><br /># Habang ma kapal terbang, mamboan pinggan pasu<br />Age daoh ham marlajang, ulang lupa ham hubakku.</i></div>
sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-76089921095929074952009-08-22T01:03:00.000-07:002009-08-22T01:06:26.648-07:00<div align="justify">sistim politik batak<br />Pada saat konfrontasi kekuatan penjajah dan pasukan Sisingamangaraja, tidak ada pembahasan di dunia ilmiah, tentang apakah Sisingamangaraja itu seorang pemimpin negara dan pemerintahan atau hanya seorang pemimpin yang kerdil.Pada saat itu, semua bangsa khususnya yang di Sumatera, menganggap bahwa Kerajaan Batak di bawah Dinasti Sisingamangaraja merupakan sebuah nation yang mempunyai kedaulatan dan pemerintahan. Bahkan sejarah mencatat bahwa Kerajaan ini merupakan kerajaan terakhir yang takluk kepada penjajah sebelum Aceh.Pembahasan mengenai sistem politik Batak menjadi sangat rancu saat kekuatan kolonial Belanda berhasil merasuki setiap sum-sum dan urat nadi sistem sosial dan budaya Batak. Belandaisasi dan Eropaisasi segala struktur sosial Batak bahkan berhasil membuat orang Batak sendiri untuk meragukan keberadaan sejarah Bangsa Batak. Bahkan ada yang beranggapan bahwa Sejarah Sisingamangaraja merupakan mitos belaka.Saat itulah tumbuh sebuah pemahaman politik yang bernama “teori state tendency” yang kira-kira menggambarkan bahwa kerajaan Batak Dinasti Sisingamangaraja tidaklah layak disebut sebagai sebuah state, nation, negara atau apapun itu dalam istilah politik. Tapi, sebuah komunitas yang berevolusi yang hampir saja menjadi sebuah negara namun belum layak menjadi sebuah negara. Teori ini didukung dengan asumsi bahwa sebenarnya Sisingamangaraja XII belum dan tidak pernah mempunyai pasukan atau Tentara Nasional yang reguler. Teori ini banyak dianut oleh ahli sejarah Batak, bahkan mereka yang berasal dari pribumi. Adanya teori ini menunjukkan adanya ambivalensi dan konflik moral kolektif di antara para sarjana Batak. Yang dipicu dengan frustasi yang luar biasa dengan kemisteriusan Sisingamangaraja sendiri.Puluhan tahun Sisingamangaraja XII bergerilya dari Dairi sampai akhirnya ditembak pada tahun 1907. Selama puluhan tahun itu pulalah banyak orang yang sudah lupa dan tidak ingat dengan eksistens Sisingamangaraja dan pemerintahannya. Sejarah ini semakin kabur saat sanak keluarga Sisingamangaraja XII, dikumpulkan paska-kematian Raja dan dipaksa untuk meninggalkan keyakinan dan kebiasaan mereka. Anak-anak yang lugu dan tidak pernah mengenal ayahnya itu tidak sedikitpun dapat menggambarkan apa dan diapa ayahnya.Sebenarnya untuk menentukan sebuah polity, apakah itu negara atau tidak sangatlah mudah. Semuanya harus sesuai dengan empat syarat. Pertama adanya pemerintah, kedua, ada rakyat, ketiga ada wilayah dan keempat adanya pengakuan Internasional.PemerintahanPemerintahan Sisingamangaraja XII perpusat di Bakkara. Eksistensi pemerintahan ini setidaknya masih eksis sebelum akhirnya Raja dengan pengawalan para pasukan khusus dari Aceh terpaksa mengungsi ke ibukota kedua kerajaan Batak di Dairi atau tepatnya Pearaja di Parlilitan.Pemerintahan juga mempunyai beberapa pembantu raja yang disebut Pendeta Raja. Baligeraja (Sorimangaraja), Ompu Palti Raja dan Jonggi Manaor. Di lain pihak terdapat juga beberapa panglima dan kepala hulu balang.Para hulu balang yang berfungsi sebagai birokrasi pemerintahan tidak saja berfungsi untuk mengamankan negeri tapi juga mengumpulkan pajak dari pusat-pusat roda pemerintahan kerajaan. Saat Raja mengungsi, dikhabarkan turut juga diangkut dari Bakkara keuangan negara berupa emas dan keping uang yang diangkut dengan puluhan kuda ke Bakkara.Secara resmi memang, Sisingamangaraja tidak mempunyai pasukan reguler. Namun, dia mempunyai loyalitas dari rakyat yang dapat dimobilisasi seketika. Banyak negara di dunia, bahkan sampai sekarang di kepulauan Pasifik, di mana tidak ada tentara regulernya. Hanya beberapa orang polisi dan birokrasi. Namun itu tidak menandakan bahwa negara tersebut bukanlah sebuah negara. Yang pasti keberadaan tentara rerguler bukanlah syarat bahwa sebuah negara berdiri. Satu hal yang dipastikan adalah bahwa terbukti tentara Sisingamangaraja XII berhasil menahan dan mengimbangi pasukan penjajah Belanda sampai tahun 1907.Semi-FederalismeHubungan antara ibukota pemerintahan dengan huta-huta, bius dan horja dilakukan dengan hubungan sistem semi-federalisme. Dimana sebuah sub-polity, mempunyai otonomi yang luas dengan kedaulatan yang berada di Bakkara. Sub-polity tersebut, telah mempunyai kedaulatan sejak dahulu kala dan kemudian dengan kesadaran politik untuk membangun keamanan dan melindungi segenap rakyat pada abad pertengahan, semua kedaulatan disatukan di tangan Dinasti Sisingamangaraja di Bakkara. Walaupun begitu setiap sub-polity tersebut masih mempunyai kewenangan dalam mengurusi dan administrasi wilayahnya.Disebut semi-federalisme dan bukan federalisme karena dalam kerajaan Batak terdapat nilai-nilai negara kesatuan. Nilai negara kesatuan tersebut tercermin dari terpusatnya struktur legislasi (adat), eksekutif (dalam urusan ke luar negeri dan sebagain dalam negeri) dan yudikatif. Semua permasalahan, khususnya inter-sub polity akan diselesaikan di Bakkara. Atau dalam beberapa kesempatan di selesaikan di Onan Raja, Balige saat semua roda perekonomian rakyat terpusat di Balige. Para pejabat di sub-polity diangkat atas persetujuan raja.KedaulatanTeori dan prinsip kedaulatan di tanah Batak telah mengalami pasang surut sesuai dengan kondisi zaman. Banyak kerajaan-kerajaan Batak yang mempunyai kedaulatan yang bersifat unilateral atau absolut. Di mana kedaulatan berada dalam tampuk Sultan atau Raja yang kemudian didelegasikan ke beberapa wilayah dalam bentuk perintah dan otoritas yang diratifikasi oleh pemegang kedaulatan. Contohnya adalah Kesultanan Barus dan beberapa kerajaan Batak lainnya dimana kedaulatan yang absolut berada di tangan Raja atau Sultan karena dia diyakini merupakan pemilik awal kerajaan dan huta yang kemudian berdomisili di dalamnya banyak orang. Kedaulatan seperti ini bersifat permanen karena kedaulatan itu sendiri tumbuh dari Raja dan Sultan dan hanya dia yang berhak menggunakannya.Sementara itu, kedaulatan yang ada pada Kerajaan Batak Sisingamangaraja XII, bersifat pluralis. Karena huta-huta atau polity-polity di tanah Batak terlebih dahulu eksis. Namun karena satu sama lain sering terjadi konflik, kompetisi dan perang akhirnya dicapailah sebuah kompromi dengan pengakuan terhadap Manghuntal sebagai Sisingamanraja I yang menjadi Raja pengayom dan penjamim hak-hak azasi seluruh tanah Batak yang membaiatnya menjadi Raja.Kedaulatan polity-polity tersebut akhirnya dipegang oleh satu kekuasaan tertinggi. Mirip dengan kondisi Leviatan ala Hobbes dengan hipotesanya tentang kondisi everlasting war antar kelompok rakyat yang pada akhirnya timbul kesadaran untuk melangkah maju dengan menyerahkan kedaulatan kelompok mereka kepada raja agar menjadi penjamin dan pemelihara kedamaian. Kedaulatan ini dicapai melalui konsensus umum atau perjanjian umum.Dalam kronik Raja-raja Barus bahkan disebutkan ketika Sultan Ibrahimsyah Pasaribu yang akan pergi ke Barus dari Tarusan, tiba-tiba mengalami kecelakaan di Batu Mundam. Dari sana mereka meneruskan perjalanan melalui darat ke Silindung. Di Silindung, Sultan bersama seribu orang pengawalnya menemukan sebuah komunitas Batak yang kosong dengan penguasa. Orang-orang Silindung tersebut akhirnya dengan penuh kesadaran meminta Sultan untuk tinggal di Silindung menjadi raja mereka. Permintaan tersebut dibuat selain karena kesadaran untuk memajukan daerahnya juga untuk menjamin keamanan dan hak-hak dasar manusia dari rongrongan perbudakan asing, perampokan dan perang antar huta yang terjadi secara intensNamun Sultan menolak dengan halus dan mengangkat Raja Berempat dari para pengawalnya untuk menjadi pemimpin dan penguasa di tempat tersebut yang dapat menjamin keberlangsungan hidup rakyat. Raja Berempat inilah yang kemudian dikukuhkan oleh Manghuntal paska kenaikannya dalam tampuk kekuasaan menjadi Lembaga Raja Na Opat. Sultan dikabarkan terus berangkat menuju Barus melalui Bakkara dan di Bakkara mereka juga menemukan kondisi masyarakat yang sama.RakyatRakyat kerajaan adalah mereka yang berdomisili dalam kerajaan Batak. Atau paling tidak dalam wilayah yang tidak diklaim oleh kerajaan lain. Dalam sebuah perjanjian antara Sisingamangaraja dan Aceh dikatakan bahwa wilayah Singkil diangkui Sisingamangaraja dalam pengaruh Sultan Aceh dan Sultan Aceh mengakui pengaruh Sisingamangaraja atas wilayah Karo. Perjanjian ini secara yuridis formal merupakan upaya kedua kerajaan dalam mendefinisikan dan pengklasifikasian rakyat dalam kedaulatan mereka. WilayahWilayah kerajaan sangat jelas. Semua tanah Batak dengan ibukota Bakkara. Untuk batas-batas kenegaraan dapat dilihat perjanjian antara Kerajaan dengan Aceh, antara Kerajaan dengan Kesultanan Barus, yang dikenal dengan Hatorusan dan perjanjian dengan beberapa negara lainnya.Pengakuan InternasionalKerajaan Sisingamanagraja XII tentunya mendapat pengakuan dari kerajaan-kerajaan lainnya. Bebebrapa surat perjanjian diplomasi antara Aceh dan Batak telah banyak ditemukan. Bahkan antara kedua kerajaan telah terjadi kerjasama budaya dan alih teknologi.Stempel, sistem pasukan, bendera dan sistem kerajaan diyakini telah banyak diserap oleh pemerintahan Sisingamangaraja XII dari Aceh.Selain dengan Aceh, hubungan antara Kerajaan Batak dengan Kesultanan Asahan juga terjalin dengan mesra. Bahkan Sisingamangaraja XII pernah berinisiatif untuk meminang putri Sultan Asahan. Pinangan tersebut disetujui oleh Sultan Asahan, karena mereka yakin Sisingamangaraja telah memenuhi syarat untuk melakukan ijab kabul. Namun pernikahan tersebut batal akibat masuknya Belanda.Pengakuan dari Kerajaan Barus (Hatorusan) juga ada. Sekarang ini surat-surat kenegaraan antar dua kerajaan telah banyak ditemukan. Yang lengkap dibubuhi dengan stempel, bendera dan lain sebagainya.Disebutkan bahwa kerajaan-kerajaan melayu nusantara telah banyak melakukan hubungan diplomasi dengan Batak, yang menandakan pengakuan meraka akan kedaulatan Batak. Kerajaan Batak Lainnya: Globalisasi Regional dan InternasionalismeSebenarnya teori “state tendecy” merupakan teory yang sangat gegabah. Di dalamnya tersembunyi kesan penyederhanaan masalah yang dipaksakan dan juga generalisasi yang menyesatkan. Tampak teori ini sengaja dimunculkan untuk melegalisasi dan menjustifikasi penjajah Belanda dan elemen-elemen Eropanya. Dengan bergulirnya teori ini maka penjajahan tersebut nampak sebagai sebuah “pencerahan” terhadap sebuah bangsa “primitif” yang bersifat stateless dan tak berbudaya. Sadar atau tidak asumsi ini sangat kontradiktif dengan fakta-fakta sejarah.Pertama adalah bahwa kerajaan Batak Dinasti Sisingamangaraja memang memenuhi syarat sebagai negara dan yang kedua bahwa terdapat banyak kerajaan Batak yang telah lebih dulu bersifat modern dan bahkan layak disebut sebagai negara modern.Contoh-nya adalah Kesultanan Barus (Hatorusan dan Hulu) yang mempunyai sistem dual-government, yang mendapat pengakuan dari beberapa negara dan bahkan oleh VOC sebelum mereka bangkrut. Kesultanan ini, mempunyai bendera, stempel kerajaan, kementrian, perdana menteri, konstitusi, istana negara, lembaga-lembaga peradilan dan sosial dan lain sebagainya. Walaupun eksistensinya telah dipunahkan oleh penjajah Belanda, namun tidaklah sebuah tindakan yang bijak untuk menghilangkannya dari peta. Karena penjajahan itu sendiri adalah illegal dan segala yang illegal tidak layak diakui sebagai sebuah justifikasi atas keberadaan dan kelenyapan sebuah negeri.Contoh lainnya adalah Kesultanan Lingga yang sampai sekarang masih eksis di Riau dan dulunya merupakan kerajaan yang didirikan oleh Raja Lingga XIII sebagai benteng luar melindungi Kerajaan Johor.Orang-orang Batak dengan berbagai kerajaan berdaulat yang berhasil mereka dirikan di Sumatera, Semenanjung Malaysia dan Kepulauan Riau, sebenarnya telah mengalami sebuah globalisasi regional. Di satu sisi mereka terikat dengan loyalitas mereka kepada nationality atau kewarganegaraan di mana mereka menetap namun di pihak lain sesama masyarakat Batak, hubungan ekonomi dan politik dapat berlangsung sebegitu eratnya melebihi batas-batas nasionalitas yang dibutuhkan oleh formalitas sebuah negara. Bila globalisasi diartikan sebagai sebuah tendency masyarakat borderless, maka orang Batak telah mengalaminya terlebih dahulu antara abad pertengah sampai abad ke-18 sebelum bercokolnya si Penjajah.Nilai-nilai lainnya yang dipegang oleh orang Batak saat itu adalah nilai Internasionalisme yang sangat kuat dan mengakar. Loyalitas individu dan masyarakat bisa saja secara yuridis formal diberikan kepada sebuah lembaga pemerintahan yang berkuasa, namun orang Batak sangat sadar bahwa sebuah komunitas walau itu yang memiliki faham splendid isolation sekalipun tidak akan dapat hidup secara egois tanpa interaksi dengan masyarakat internasional. Internasionalisme di sini berarti bahwa orang Batak sangat sadar bahwa manusia di bumi ini atau di portibi on, merupakan layaknya sebuah huta, bius atau horja. Di mana setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang ditentukan oleh adat dalam hal ini oleh hukum-hukum internasional. Jadi tempat manusia hidup di Bumi adalah huta internasional atau huta portibi. Oleh karena itulah, orang Batak dari dahulu kala sangat yakin bahwa Tuhan dari segala manusia (tanpa pandang bulu) adalah Mulajadi Na Bolon yang kira-kira bermakna Tuhan Yang Maha Besar.<br />Tags: <a href="http://radicalizee.multiply.com/tag/batak" rel="tag">batak</a><br />Prev: <a href="http://radicalizee.multiply.com/journal/item/24">Batak Radio</a>Next: </div>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-66296988290569389162009-08-22T00:53:00.000-07:002010-11-14T05:47:54.826-08:00<a href="http://www.banktarombo.com/">Bank Tarombo</a><br /><a href="http://www.hariansib.com/">Harian Sinar Indonesia Baru</a><br /><a href="http://www.waspada.co.id/">Harian Waspada</a><br /><a href="http://web.tiscali.it/batak/">Kamus Bahasa Batak Indonesia</a><br /><a href="http://jephman.wordpress.com/">Kartun Batak</a><br /><a href="http://www.batakmusic.com/">Musik Batak</a><br /><a href="http://tanobatak.wordpress.com/">Partungkoan Tano Batak</a><br /><a href="http://silaban.net/">Silaban Brotherhood</a><br /><a href="http://tarombo.com/">Tarombo</a><br /><a title="Piso Halasan" href="http://protapanuli.wordpress.com/piso-halasan/">Piso Halasan</a>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-6778247430506033122009-08-18T04:15:00.000-07:002009-08-18T04:27:14.397-07:00<div align="justify"><a title="Sejarah Marga Batak" href="http://qtop.wordpress.com/2008/12/30/sejarah-marga-batak/" rel="bookmark">Sejarah Marga Batak</a><br /><br />SILSILAH ATAU TAROMBO BATAK<br />SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu:<br />1. Guru Tatea Bulan<br />2. Raja Isombaon<br />GURU TATEA BULAN<br />Dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Burning, Guru Tatea Bulan memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :<br />* Putra (sesuai urutan):<br />1. Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng), tanpa keturunan<br />2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)<br />3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong).<br />4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)<br />5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)<br />*Putri:<br />1. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)<br />2. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isombaon<br />3. Si Boru Biding Laut<br />4. Si Boru Nan Tinjo (tidak kawin).<br />Tatea Bulan artinya “Tertayang Bulan” = “Tertatang Bulan”. Raja Isombaon (Raja Isumbaon)<br />Raja Isombaon artinya raja yang disembah. Isombaon kata dasarnya somba (sembah). Semua keturunan Si Raja Batak dapat dibagi atas 2 golongan besar:<br />1. Golongan Tatea Bulan = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga golongan Hula-hula = Marga Lontung.<br />2. Golongan Isombaon = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga Golongan Boru = Marga Sumba.<br />Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera Si Singamangaraja, para orangtua menyebut Sisimangaraja, artinya maha raja), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan Si Raja Batak.<br />PENJABARAN<br />* RAJA UTI<br />Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng). Raja Uti terkenal sakti dan serba bisa. Satu kesempatan berada berbaur dengan laki-laki, pada kesempatan lain membaur dengan peremuan, orang tua atau anak-anak. Beliau memiliki ilmu yang cukup tinggi (kira-kira 175 cm), eperti orang barat. Karena itu, dalam memimpin Tanah Batak, secara kemanusiaan Beliau memandatkan atau bersepakat dengan ponakannya/Bere Sisimangaraja, namun dalam kekuatan spiritual etap berpusat pada Raja Uti.<br />* SARIBURAJA<br />Sariburaja adalah nama putra kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama Si Boru Pareme dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis, satu peremuan satunya lagi laki-laki).<br />Mula-mula Sariburaja kawin dengan Nai Margiring Laut, yang melahirkan putra bernama Raja Iborboron (Borbor). Tetapi kemudian Saribu Raja mengawini adiknya, Si Boru Pareme, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest.<br />Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu Limbong Mulana, Sagala Rraja, dan Silau Raja, maka ketiga saudara tersebut sepakat untuk mengusir Sariburaja. Akibatnya Sariburaja mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan Si Boru Pareme yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika Si Boru Pareme hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, tetapi di hutan tersebut Sariburaja kebetulan bertemu dengan dia.<br />Sariburaja datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi “istrinya” di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan Si Boru Pareme di dalam hutan. Si Boru Pareme melahirkan seorang putra yang diberi nama Si Raja Lontung.<br />Dari istrinya sang harimau, Sariburaja memperoleh seorang putra yang diberi nama Si Raja Babiat. Di kemudian hari Si Raja Babiat mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga Bayoangin.<br />Karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya, Sariburaja berkelana ke daerah Angkola dan seterusnya ke Barus.<br />SI RAJA LONTUNG<br />Putra pertama dari Tuan Sariburaja. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu:<br />* Putra:<br />1.. Tuan Situmorang, keturunannya bermarga Situmorang.<br />2. Sinaga Raja, keturunannya bermarga Sinaga.<br />3. Pandiangan, keturunannya bermarga Pandiangan.<br />4. Toga Nainggolan, keturunannya bermarga Nainggolan.<br />5. Simatupang, keturunannya bermarga Simatupang.<br />6. Aritonang, keturunannya bermarga Aritonang.<br />7. Siregar, keturunannya bermarga Siregar.<br />* Putri :<br />1. Si Boru Anakpandan, kawin dengan Toga Sihombing.<br />2. Si Boru Panggabean, kawin dengan Toga Simamora.<br />Karena semua putra dan putri dari Si Raja Lontung berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama Lontung Si Sia Marina, Pasia Boruna Sihombing Simamora.<br />Si Sia Marina = Sembilan Satu Ibu.<br />Dari keturunan Situmorang, lahir marga-marga cabang Lumban Pande, Lumban Nahor, Suhutnihuta, Siringoringo, Sitohang, Rumapea, Padang, Solin.<br />SINAGA<br />Dari Sinaga lahir marga-marga cabang Simanjorang, Simandalahi, Barutu.<br />PANDIANGAN<br />Lahir marga-marga cabang Samosir, Pakpahan, Gultom, Sidari, Sitinjak, Harianja.<br />NAINGGOLAN<br />Lahir marga-marga cabang Rumahombar, Parhusip, Lumban Tungkup, Lumban Siantar, Hutabalian, Lumban Raja, Pusuk, Buaton, Nahulae.<br />SIMATUPANG<br />Lahir marga-marga cabang Togatorop (Sitogatorop), Sianturi, Siburian.<br />ARITONANG<br />Lahir marga-marga cabang Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare.<br />SIREGAR<br />Llahir marga-marga cabang Silo, Dongaran, Silali, Siagian, Ritonga, Sormin.<br />* SI RAJA BORBOR<br />Putra kedua dari Tuan Sariburaja, dilahirkan oleh Nai Margiring Laut. Semua keturunannya disebut Marga Borbor.<br />Cucu Raja Borbor yang bernama Datu Taladibabana (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :<br />1. Datu Dalu (Sahangmaima).<br />2. Sipahutar, keturunannya bermarga Sipahutar.<br />3. Harahap, keturunannya bermarga Harahap.<br />4. Tanjung, keturunannya bermarga Tanjung.<br />5. Datu Pulungan, keturunannya bermarga Pulungan.<br />6. Simargolang, keturunannya bermarga Imargolang.<br />Keturunan Datu Dalu melahirkan marga-marga berikut :<br />1. Pasaribu, Batubara, Habeahan, Bondar, Gorat.<br />2. Tinendang, Tangkar.<br />3. Matondang.<br />4. Saruksuk.<br />5. Tarihoran.<br />6. Parapat.<br />7. Rangkuti.<br />Keturunan Datu Pulungan melahirkan marga-marga Lubis dan Hutasuhut.<br />Limbong Mulana dan marga-marga keturunannya<br />Limbong Mulana adalah putra ketiga dari Guru Tatea Bulan. Keturunannya bermarga Limbong yang mempunyai dua orang putra, yaitu Palu Onggang, dan Langgat Limbong. Putra dari Langgat Limbong ada tiga orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga Sihole, dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga Habeahan. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu Limbong.<br />SAGALA RAJA<br />Putra keempat dari Guru Tatea Bulan. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga Sagala.<br />SILAU RAJA<br />Silau Raja adalah putra kelima dari Guru Tatea Bulan yang mempunyai empat orang putra, yaitu:<br />1. Malau<br />2. Manik<br />3. Ambarita<br />4. Gurning<br />Khusus sejarah atau tarombo Ambarita Raja atau Ambarita, memiliki dua putra:<br />I. Ambarita Lumban Pea<br />II. Ambarita Lumban Pining<br />Lumban Pea memiliki dua anak laki-laki<br />1. Ompu Mangomborlan<br />2. Ompu Bona Nihuta<br />Berhubung Ompu Mangomborlan tidak memiliki anak/keturunan laki-laki, maka Ambarita paling sulung hingga kini adalah turunan Ompu Bona Nihuta, yang memiliki anak laki-laki tunggal yakni Op Suhut Ni Huta. Op Suhut Nihuta juga memiliki anak laki-laki tunggal Op Tondolnihuta.<br />Keturunan Op Tondol Nihuta ada empat laki-laki:<br />1. Op Martua Boni Raja (atau Op Mamontang Laut)<br />2. Op Raja Marihot<br />3. Op Marhajang<br />4. Op Rajani Umbul<br />Selanjutnya di bawah ini hanya dapat meneruskan tarombo dari Op Mamontang Laut (karena keterbatasan data. Op Mamontang Laut menyeberang dari Ambarita di Kabupaten Toba Samosir saat ini ke Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Hingga tahun 2008 ini, keturunan Op Mamontang laut sudah generasi kedelapan).<br />Op Mamontang Laut semula menikahi Boru Sinaga, dari Parapat. Setelah sekian tahun berumah tangga, mereka tidka dikaruniai keturunan, lalu kemudian menikah lagi pada boru Sitio dari Simanindo, Samosir.<br />Dari perkawinan kedua, lahir tiga anak laki-laki<br />1. Op Sohailoan menikahi Boru Sinaga bermukim di Sihaporas Aek Batu<br />Keturunan Op Sohailoan saat ini antara lain Op Josep (Pak Beluana di Palembang)<br />2. Op Jaipul menikahi Boru Sinaga bermukin di Sihaporas Bolon<br />Keturunan antara lain J ambarita Bekasi,<br />3. Op Sugara atau Op Ni Ujung Barita menikahi Boru Sirait bermukim di Motung, Kabupaten Toba Samosir.<br />Keturunan Op Sugara antara lain penyanyi Iran Ambarita dan Godman Ambarita<br />TUAN SORIMANGARAJA<br />Tuan Sorimangaraja adalah putra pertama dari Raja Isombaon. Dari ketiga putra Raja Isombaon, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :<br />1. Si Boru Anting Malela (Nai Rasaon), putri dari Guru Tatea Bulan.<br />2. Si Boru Biding Laut (nai ambaton), juga putri dari Guru Tatea Bulan.<br />c. Si Boru Sanggul Baomasan (nai suanon).<br />Si Boru Anting Malela melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Djulu (Ompu Raja Nabolon), gelar Nai Ambaton.<br />Si Boru Biding Laut<br />Si Boru Sanggul Haomasan melahirkan putra yang bernama Tuan Sorbadibanua, gelar Nai Suanon.<br />Nai Ambaton (Tuan Sorba Djulu/Ompu Raja Nabolon)<br />Nama (gelar) putra sulung Tuan Sorimangaraja lahir dari istri pertamanya yang bernama Nai Ambaton. Nama sebenarnya adalah Ompu Raja Nabolon, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga Nai Ambaton menurut nama ibu leluhurnya.<br />Nai Ambaton mempunyai empat orang putra, yaitu:<br />1. Simbolon Tua, keturunannya bermarga Simbolon.<br />2. Tamba Ttua, keturunannya bermarga Tamba.<br />3. Saragi Tua, keturunannya bermarga Saragi.<br />4. Munte Tua, keturunannya bermarga Munte (Munte, Nai Munte, atau Dalimunte).<br />Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung):<br />SIMBOLON<br />Lahir marga-marga Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan, Nahampun, Pinayungan. Juga marga-marga Berampu dan Pasi.<br />TAMBA<br />Lahir marga-marga Siallagan, Tomok, Sidabutar, Sijabat, Gusar, Siadari, Sidabolak, Rumahorbo, Napitu.<br />SARAGI<br />Lahir marga-marga Simalango, Saing, Simarmata, Nadeak, Sidabungke.<br />MUNTE<br />Lahir marga-marga Sitanggang, Manihuruk, Sidauruk, Turnip, Sitio, Sigalingging.<br />Keterangan lain mengatakan bahwa Nai Ambaton mempunyai dua orang putra, yaitu Simbolon Tua dan Sigalingging. Simbolon Tua mempunyai lima orang putra, yaitu Simbolon, Tamba, Saragi, Munte, dan Nahampun.<br />Walaupun keturunan Nai Ambaton sudah terdiri dari berpuluh-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antarsesama marga keturunan Nai Ambaton.<br />Catatan mengenai Ompu Bada, menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W Hutagalung, Ompu Bada tersebut adalah keturunan Nai Ambaton pada sundut kesepuluh.<br />Menurut keterangan dari salah seorang keturunan Ompu Bada (mpu bada) bermarga gajah, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut:<br />1. Ompu Bada ialah asal-usul dari marga-marga Tendang, Bunurea, Manik, Beringin, Gajah, dan Barasa.<br />2. Keenam marga tersebut dinamai Sienemkodin (enem = enam, kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan Empu Bada, pun dinamai Sienemkodin.<br />3. Ompu Bada bukan keturunan Nai Ambaton, juga bukan keturunan si raja batak dari Pusuk Buhit.<br />4. Lama sebelum Si Raja Batak bermukim di Pusuk Buhit, Ompu Bada telah ada di tanah dairi. Keturunan Ompu bada merupakan ahli-ahli yang terampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.<br />5. Keturunan Ompu Bada menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah dairi dan tapanuli bagian barat.<br />NAI RASAON (RAJA MANGARERAK)<br />Nama (gelar) putra kedua dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri kedua tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Rasaon. Nama sebenarnya ialah Raja Mangarerak, tetapi hingga sekarang semua keturunan Raja Mangarerak lebih sering dinamai orang Nai Rasaon.<br />Raja Mangarerak mempunyai dua orang putra, yaitu Raja Mardopang dan Raja Mangatur. Ada empat marga pokok dari keturunan Raja Mangarerak:<br />Raja Mardopang<br />Menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga Sitorus, Sirait, dan Butar-butar.<br />Raja Mangatur<br />Menurut nama putranya, Toga Manurung, lahir marga Manurung. Marga pane adalah marga cabang dari sitorus.<br />NAI SUANON (tuan sorbadibanua)<br />Nama (gelar) putra ketiga dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri ketiga Tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Suanon. Nama sebenarnya ialah Tuan Sorbadibanua, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai Ttuan Sorbadibanua.<br />Tuan Sorbadibanua, mempunyai dua orang istri dan memperoleh 8 orang putra.<br />Dari istri pertama (putri Sariburaja):<br />1. Si Bagot Ni Pohan, keturunannya bermarga Pohan.<br />2. Si Paet Tua.<br />3. Si Lahi Sabungan, keturunannya bermarga Silalahi.<br />4. Si Raja Oloan.<br />5. Si Raja Huta Lima.<br />Dari istri kedua (Boru Sibasopaet, putri Mojopahit) :<br />a. Si Raja Sumba.<br />b. Si Raja Sobu.<br />c. Toga Naipospos, keturunannya bermarga Naipospos.<br />Keluarga Tuan Sorbadibanua bermukim di Lobu Parserahan – Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, Tuan Sorbadibanua menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata Si Raja huta lima terkena oleh lembing Si Raja Sobu. Hal tersebut mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh Tuan Sorbadibanua. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang tiga orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki Gunung Dolok Tolong sebelah barat.<br />Keturunana Tuan Sorbadibanua berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.<br />Keturunan Si Bagot ni pohan melahirkan marga dan marga cabang berikut:<br />1. Tampubolon, Barimbing, Silaen.<br />2. Siahaan, Simanjuntak, Hutagaol, Nasution.<br />3. Panjaitan, Siagian, Silitonga, Sianipar, Pardosi.<br />4. Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Pardede.<br />Keturunan Si Paet Tua melahirkan marga dan marga cabang berikut:<br />1. Hutahaean, Hutajulu, Aruan.<br />2. Sibarani, Sibuea, Sarumpaet.<br />3. Pangaribuan, Hutapea.<br />Keturunan si Lahi sabungan melahirkan marga dan marga cabang berikut:<br />1. Sihaloho.<br />2. Situngkir, Sipangkar, Sipayung.<br />3. Sirumasondi, Rumasingap, Depari.<br />4. Sidabutar.<br />5. Sidabariba, Solia.<br />6. Sidebang, Boliala.<br />7. Pintubatu, Sigiro.<br />8. Tambun (Tambunan), Doloksaribu, Sinurat, Naiborhu, Nadapdap, Pagaraji, Sunge, Baruara, Lumban Pea, Lumban Gaol.<br />Keturunan Si Raja Oloan melahirkan marga dan marga cabang berikut:<br />1. Naibaho, Ujung, Bintang, Manik, Angkat, Hutadiri, Sinamo, Capa.<br />2. Sihotang, Hasugian, Mataniari, Lingga.<br />3. Bangkara.<br />4. Sinambela, Dairi.<br />5. Sihite, Sileang.<br />6. Simanullang.<br />Keturunan Si Raja Huta Lima melahirkan marga dan marga cabang berikut:<br />1. Maha.<br />2. Sambo.<br />3. Pardosi, Sembiring Meliala.<br />Keturunan Si Raja Sumba melahirkan marga dan marga cabang berikut:<br />1. Simamora, Rambe, Purba, Manalu, Debataraja, Girsang, Tambak, Siboro.<br />2. Sihombing, Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit, Sitindaon, Binjori.<br />Keturunan Si Raja Sobu melahirkan marga dan marga cabang berikut:<br />1. Sitompul.<br />2. Hasibuan, Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan, Simorangkir, Hutapea, Lumban Tobing, Mismis.<br />Keturunan Toga Naipospos melahirkan marga dan marga cabang berikut:<br />1. Marbun, Lumban Batu, Banjarnahor, Lumban Gaol, Meha, Mungkur, Saraan.<br />2. Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang.<br />(Marbun marpadan dohot Sihotang, Banjar Nahor tu Manalu, Lumban Batu tu Purba, jala Lumban Gaol tu Debata Raja. Asing sian i, Toga Marbun dohot si Toga Sipaholon marpadan do tong) ima pomparan ni Naipospos, Marbun dohot Sipaholon. Termasuk do marga meha ima anak ni Ompu Toga sian Lumban Gaol Sianggasana.<br />***<br />DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)<br />Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga).<br />Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut:<br />“Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;<br />Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan”<br />artinya:<br />“Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput (berakar tunggang);<br />Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji”<br />Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah:<br />1. Marbun dengan Sihotang<br />2. Panjaitan dengan Manullang<br />3. Tampubolon dengan Sitompul.<br />4. Sitorus dengan Hutajulu – Hutahaean – Aruan.<br />5. Nahampun dengan Situmorang.<br />(Disadur dari buku “Kamus Budaya Batak Toba” karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987)</div>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-64092950433396981162009-08-18T04:05:00.000-07:002010-11-14T05:56:04.071-08:00<div align="justify"><br />Lebih dekat dangan BATAK<br />Selamat datang. Sarana ini saya bangun adalah untuk memperkenalkan budaya Batak kepada siapa pun terutama bagi anda yang bukanlah orang Batak, pertama. Kedua adalah kepada orang Batak yang tidak memiliki atau memiliki hanya sedikit sekali pengenalan tentang Batak. Dan yang ketiga adalah kepada orang Batak yang sudah mengetahui banyak tentang Batak tetapi mungkin baru pertama sekali mengetahui sesuatu tentang Batak dari tempat saya ini. Akhir kata saya haturkan semoga situs ini bermanfaat banyak bagi anda.<br />Pillit ma<br /><a title="01 Adat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/">01 Adat Batak</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 01" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-1/">Dongan di ulaon adat 01</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 02" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-2/">Dongan di ulaon adat 02</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 03" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-3/">Dongan di ulaon adat 03</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 04" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-4/">Dongan di ulaon adat 04</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 05" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-5/">Dongan di ulaon adat 05</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 06" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-06/">Dongan di ulaon adat 06</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 07" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-07/">Dongan di ulaon adat 07</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 08" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-08/">Dongan di ulaon adat 08</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 09" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-09/">Dongan di ulaon adat 09</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 10" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-10/">Dongan di ulaon adat 10</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 11" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-11/">Dongan di ulaon adat 11</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 12" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-12/">Dongan di ulaon adat 12</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 13" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-13/">Dongan di ulaon adat 13</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 14" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-14/">Dongan di ulaon adat 14</a><br /><a title="Dongan di ulaon adat 15" href="http://ultopultop.wordpress.com/adat-batak/dongan-di-ulaon-adat-15/">Dongan di ulaon adat 15</a><br /><a title="02 Torsatorsa" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/">02 Torsatorsa</a><br /><a title="Torsa 01" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-1/">Torsa 01</a><br /><a title="Torsa 01 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-1/torsa-01-surat-batak/">Torsa 01 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 02" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-2/">Torsa 02</a><br /><a title="Torsa 02 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-2/torsa-02-surat-batak/">Torsa 02 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 03" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-3/">Torsa 03</a><br /><a title="Torsa 03 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-3/torsa-03-surat-batak/">Torsa 03 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 04" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-4/">Torsa 04</a><br /><a title="Torsa 04 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-4/torsa-04-surat-batak/">Torsa 04 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 05" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-5/">Torsa 05</a><br /><a title="Torsa 05 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-5/torsa-05-surat-batak/">Torsa 05 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 06" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-6/">Torsa 06</a><br /><a title="Torsa 06 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-6/torsa-06-surat-batak/">Torsa 06 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 07" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/07-torsa/">Torsa 07</a><br /><a title="Torsa 07 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/07-torsa/torsa-07-surat-batak/">Torsa 07 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 08" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-08/">Torsa 08</a><br /><a title="Torsa 08 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-08/torsa-08-surat-batak/">Torsa 08 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 09" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-09/">Torsa 09</a><br /><a title="Torsa 09 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-09/torsa-09-surat-batak/">Torsa 09 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 10" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-10/">Torsa 10</a><br /><a title="Torsa 10 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-10/torsa-10-surat-batak/">Torsa 10 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 11" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-11/">Torsa 11</a><br /><a title="Torsa 11 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-11/torsa-11-surat-batak/">Torsa 11 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 12" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-12/">Torsa 12</a><br /><a title="Torsa 12 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-12/torsa-12-surat-batak/">Torsa 12 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 13" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-13/">Torsa 13</a><br /><a title="Torsa 13 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-13/torsa-13-surat-batak/">Torsa 13 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 14" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-14/">Torsa 14</a><br /><a title="Torsa 14 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-14/torsa-14-surat-batak/">Torsa 14 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 15" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-15/">Torsa 15</a><br /><a title="Torsa 15 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-15/torsa-15-surat-batak/">Torsa 15 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 16" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-16/">Torsa 16</a><br /><a title="Torsa 16 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-16/torsa-16-surat-batak/">Torsa 16 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 17" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-17/">Torsa 17</a><br /><a title="Torsa 17 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-17/torsa-17-surat-batak/">Torsa 17 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 18" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-18/">Torsa 18</a><br /><a title="Torsa 18 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-18/torsa-18-surat-batak/">Torsa 18 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 19" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-19/">Torsa 19</a><br /><a title="Torsa 19 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-19/torsa-19-surat-batak/">Torsa 19 Surat Batak</a><br /><a title="Torsa 20" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-20/">Torsa 20</a><br /><a title="Torsa 20 Surat Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/torsatorsa/torsa-20/torsa-20-surat-batak/">Torsa 20 Surat Batak</a><br /><a title="03 Pustaha Batak" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/">03 Pustaha Batak</a><br /><a title="Laklak 0402b-001" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/laklak-0402b-001/">Laklak 0402b-001</a><br /><a title="Laklak 0402b-002" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/laklak-0402b-002/">Laklak 0402b-002</a><br /><a title="Laklak 0402b-003" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/laklak-0402b-003/">Laklak 0402b-003</a><br /><a title="Laklak 0402b-004" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/laklak-0402b-004/">Laklak 0402b-004</a><br /><a title="Laklak 0402b-005" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/laklak-0402b-005/">Laklak 0402b-005</a><br /><a title="Laklak 0402b-006" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/laklak-0402b-006/">Laklak 0402b-006</a><br /><a title="Laklak 0402b-007" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/laklak-0402b-007/">Laklak 0402b-007</a><br /><a title="Laklak 0402b-008" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/laklak-0402b-008/">Laklak 0402b-008</a><br /><a title="Laklak 0402b-009" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/laklak-0402b-009/">Laklak 0402b-009</a><br /><a title="Laklak 0402b-010" href="http://ultopultop.wordpress.com/pustaha-batak/laklak-0402b-10/">Laklak 0402b-010</a><br /><a title="04 Habatahon" href="http://ultopultop.wordpress.com/habatahon/">04 Habatahon</a><br /><a title="Sejarah Batak 01" href="http://ultopultop.wordpress.com/habatahon/sejarah-batak-1/">Sejarah Batak 01</a><br /><a title="Sejarah Batak 02" href="http://ultopultop.wordpress.com/habatahon/sejarah-batak-2/">Sejarah Batak 02</a><br /><a title="Sejarah Batak 03" href="http://ultopultop.wordpress.com/habatahon/sejarah-batak-03/">Sejarah Batak 03</a><br /><a title="Sejarah Batak 04" href="http://ultopultop.wordpress.com/habatahon/sejarah-batak-04/">Sejarah Batak 04</a><br /><a title="Sejarah Batak 05" href="http://ultopultop.wordpress.com/habatahon/sejarah-batak-05/">Sejarah Batak 05</a><br /><a title="05 Tarombo" href="http://ultopultop.wordpress.com/tarombo/">05 Tarombo</a><br /><a title="Borbor" href="http://ultopultop.wordpress.com/tarombo/borbor/">Borbor</a><br />Pustaha<br /><a title="surat batak" href="http://www.4shared.com/" target="_blank">Di son ma buat hamu surat Batak</a> surat batak<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></div>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-42570292674789766942009-08-18T03:58:00.000-07:002009-08-18T04:02:25.034-07:00<div align="justify"><a title="Permanent Link to PUSTAHA ILMU BATAK" href="http://www.sukubatak.com/?p=337" rel="bookmark">PUSTAHA ILMU BATAK</a><br />Dalam pustaha atau <a href="http://www.sukubatak.com/?p=335">katalog-katalog naskah batak</a> terdapat beberapa hal menyangkut ilmu, dari semua ilmu tersebut digolongkan sbb.<br />1. Ilmu Hitam<br />Pangulu Balang<br />Tunggal Panaluan<br />Pamunu Tanduk<br />2. Ilmu Putih<br />Penolak Bala(Pagar)<br />Azimat<br />Pencegah Pencurian<br />3. Ilmu ilmu lainnya<br />Tamba Tua<br />Dorma<br />Porpangiron<br />Porsili<br />Ambangan<br />4. Ilmu Nujum.<br />5. Ilmu Perbintangan<br /> Pormesa na Sampuludua<br /> Panggorda na ualu<br /> Pehu na pitu<br /> Pormanis na lima<br /> Pane na Bolon<br /> Porholaan<br /> Ari Rojang<br /> Porbuhitan<br />6. Nujum nujum lainnya<br />Rambu sipirhas<br />Panampuhi<br />Pangharhari<br />Parmunian<br />Parombunan <a class="more-link" href="http://www.sukubatak.com/?p=337#more-337">(more…)</a><br />Tags: <a href="http://www.sukubatak.com/?tag=azimat" rel="tag">azimat</a>, <a href="http://www.sukubatak.com/?tag=batak" rel="tag">batak</a>, <a href="http://www.sukubatak.com/?tag=ilmu" rel="tag">ilmu</a>, <a href="http://www.sukubatak.com/?tag=nujum" rel="tag">nujum</a>, <a href="http://www.sukubatak.com/?tag=penolak-bala" rel="tag">penolak bala</a>, <a href="http://www.sukubatak.com/?tag=perbintangan" rel="tag">perbintangan</a>, <a href="http://www.sukubatak.com/?tag=pustaha" rel="tag">pustaha</a></div>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-39742037807547406062009-08-18T03:56:00.000-07:002009-08-18T03:57:27.145-07:00<div align="justify"><br />PUSTAHA A 12332<br /><br />Übersee-Museum Bremen<br />Poda ni si aji mamis ma inon<br />Petunjuk untuk menghancurkan musuh (poda ni si aji mamis) yang digunakan di saat perang (dalam bahasa Batak kuno perang selalu disebut sebagai bisara na godang - "adat yang mulia"). Dikatakan pada akhir halaman pertama dan awal halaman kedua (A3-4) bahwa pustaha ini diuntukkan Guru Habinsaran Hata ni Aji dari Silaga-laga yang dikatakan na so nung talu di bisara na godang - yang tidak pernah kalah berperang. Sebagaimana dapat dilihat dari bahasa dan aksara yang digunakan naskah ini dapat dipastikan berasal dari Toba. Bagi orang yang belum mengenal surat Batak yang asli huruf-huruf berikut perlu diperkenalkan:<br />ta<br />ma<br />wa<br />Ketiga huruf tersebut merupakan salah satu variasi Surat Batak Toba yang lazim digunakan dalam naskah-naskah Batak.<br />Pustaha ini dapat dibagi atas beberapa BAB yang semuanya ditandai oleh sebuah bindu (ornamen). Bagian pertama (A1-33) adalah poda ni si aji mamis diikuti oleh poda ni pormamis na lima - ramalan berdasarkan kelima bagian hari (A33-37 dan B3-7), poda ni pehu na pitu - ramalan berdasarkan ketujuh pehu (B8), pangarumai (B9-15), poda ni porsili (B16-22), pinangan ni ari (B22-28), serta porsimboraon - cara pembuatan ajimat (B28-38).<br />Pustaha berukuran 14,2 x 12,5 cm ini terdiri atas 39 halaman yang ditulisi pada kedua sisi yang dinamakan A dan B. Kulit kayu (laklak) dilem pada dua papan kayu yang berfungsi sebagai sampul (lampak). Ternyata laklak pustaha ini sudah robek sebelum ditulisi sehingga terpaksa dijahit sebagaimana dapat dilihat pada foto ini.<br />Kedua ujung laklak, yaitu halaman A1 dan B1 direkat pada lampa. Halaman A2, A38, A39, B2 dan B39 dibiarkan kosong.<br />Berikut ini Anda dapat melihat setiap halaman pustaha tersebut. Naskah asli tersimpan di museum antropologi <a href="http://www.uebersee-museum.de/">Übersee-Museum</a> di Bremen, Jerman.<br /><br />A1<br />A2<br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_001.jpg" target="_blank">A3</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_002.jpg" target="_blank">A4</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_003.jpg" target="_blank">A5</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_004.jpg" target="_blank">A6</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_005.jpg" target="_blank">A7</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_006.jpg" target="_blank">A8</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_007.jpg" target="_blank">A9</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_008.jpg" target="_blank">A10</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_009.jpg" target="_blank">A11</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_010.jpg" target="_blank">A12</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_011.jpg" target="_blank">A13</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_012.jpg" target="_blank">A14</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_013.jpg" target="_blank">A15</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_014.jpg" target="_blank">A16</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_015.jpg" target="_blank">A17</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_016.jpg" target="_blank">A18</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_017.jpg" target="_blank">A19</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_018.jpg" target="_blank">A20</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_019.jpg" target="_blank">A21</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_020.jpg" target="_blank">A22</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_021.jpg" target="_blank">A23</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_022.jpg" target="_blank">A24</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_023.jpg" target="_blank">A25</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_024.jpg" target="_blank">A26</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_025.jpg" target="_blank">A27</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_026.jpg" target="_blank">A28</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_027.jpg" target="_blank">A29</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_028.jpg" target="_blank">A30</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_029.jpg" target="_blank">A31</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_030.jpg" target="_blank">A32</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_031.jpg" target="_blank">A33</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_032.jpg" target="_blank">A34</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_033.jpg" target="_blank">A35</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_034.jpg" target="_blank">A36</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_035.jpg" target="_blank">A37</a><br />A38<br />A39<br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_036.jpg" target="_blank">B1</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_037.jpg" target="_blank">B2</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_038.jpg" target="_blank">B3</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_039.jpg" target="_blank">B4</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_040.jpg" target="_blank">B5</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_041.jpg" target="_blank">B6</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_042.jpg" target="_blank">B7</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_043.jpg" target="_blank">B8</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_044.jpg" target="_blank">B9</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_045.jpg" target="_blank">B10</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_046.jpg" target="_blank">B11</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_047.jpg" target="_blank">B12</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_048.jpg" target="_blank">B13</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_049.jpg" target="_blank">B14</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_050.jpg" target="_blank">B15</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_051.jpg" target="_blank">B16</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_052.jpg" target="_blank">B17</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_053.jpg" target="_blank">B18</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_054.jpg" target="_blank">B19</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_055.jpg" target="_blank">B20</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_056.jpg" target="_blank">B21</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_057.jpg" target="_blank">B22</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_058.jpg" target="_blank">B23</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_059.jpg" target="_blank">B24</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_060.jpg" target="_blank">B25</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_061.jpg" target="_blank">B26</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_062.jpg" target="_blank">B27</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_063.jpg" target="_blank">B28</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_064.jpg" target="_blank">B29</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_065.jpg" target="_blank">B30</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_066.jpg" target="_blank">B31</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_067.jpg" target="_blank">B32</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_068.jpg" target="_blank">B33</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_069.jpg" target="_blank">B34</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_070.jpg" target="_blank">B35</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_071.jpg" target="_blank">B36</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_072.jpg" target="_blank">B37</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_073.jpg" target="_blank">B38</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/bremen/0402b_074.jpg" target="_blank">B39</a><br /><br /><br /><br /><br /><br /></div>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-26088706948415957692009-08-18T03:52:00.000-07:002009-08-18T03:55:11.498-07:00<p align="justify"><br />Logan Museum of Antropology, Beloit WI, USA<br /><br /><br />PUSTAHA 4301<br />Dalam <a href="http://www.beloit.edu/~museum/logan/">Logan Museum of Anthropology</a> di negara bagian Wisconsin, Amerika Serikat terdapat koleksi kecil dengan beraneka ragam kesenian Batak, termasuk beberapa naskah. Sayang sekali keadaan satu-satunya pustaha koleksi tersebut sangat memprihatinkan. Beberapa halaman sudah hancur dan tidak dapat dibaca lagi, tetapi bagian yang masih utuh memiliki teks dan ilustrasi yang cukup jelas dan rapi. Pustaha Nomor 4301 ini termasuk besar dengan ukuran halaman 28 x 18 cm. Lampak-nya (jilid yang terbuat dari kayu) berukuran 35 x 18 cm. Pustaha ini termasuk dalam koleksi Harley Harris Bartlett (1886-1960), penulis The Labors of the Datoe and Other Essays on the Bataks of Asahan (North Sumatra). Michigan Papers on South and Southeast Asia, 15. Ann Arbor: University of Michigan Press1973. Bartlett adalah seorang antropolog dan ahli tumbuh-tumbuhan yang meneliti di daerah Asahan pada tahun 1917 dan 1927.<br />Aksara Surat Batak yang digunakan adalah aksara sebagaimana biasa terdapat di daerah Toba. Berikut ini beberapa contoh. Perhatikan huruf /ja/ yang bentuknya persis seperti /da/ yang ditambah sebuah garis horisontal.<br />ta<br />ma<br />sa<br />da<br />ja<br />na<br />a<br />ba<br />lu<br />Garis horisontal pada huruf /ja/ persis sama bentuknya dengan pangolat (tanda mati). Tanda mati terlihat pada teks berikut ini (huruf terakhir):<br /><br />baba ni manuk<br />Dalam teks yang di bawah ini kelihatan huruf /ja/ dalam kontks kalimatnya.<br />Ketiga "Ahu pangulubalang si bahir bangke darajahon di bulung ni sapuate (atau sada ate?) asa daparap ma dohot si biyangsa panaluwan bunu ma musungku si anu." yang artinya kira-kira "Aku adalah Pangulubalang Si Bahir Bangke (roh yang dipelihara oleh datu untuk menghancurkan musuh) untuk dirajah pada daun Sapuate, yang bila digabung dengan Sibiangsa Panaluan (Sibiangsa Panaluan adalah sejenis pangulubalang yang sangat bahaya) akan membunuh musuhku."<br />Keterangan yang lebih mendetail mengenai pangulubalang terdapat di buku Johannes Winkler Die Toba Batak auf Sumatra in gesunden und kranken Tagen. Stuttgart 1925 serta Ph. L. Tobing, The Structure of the Toba-Batak Belief in the High God, 1956. Mengenai Sibiangsa Panaluan lihat Petrus Voorhoeve A catalogue of the Batak manuscripts in the Chester Beatty Library. Dublin: Hodges Figgis & Co.Ltd. 1961.<br />Seperti biasa dalam dialek hata poda yang digunakan dalam pustaha awalan pasif di- diganti dengan da-. Oleh sebab itu terdapat darajahon dan bukan dirajahon, dan diparap menjadi daparap.<br />Berikut ini Anda dapat membaca seluruhnya Pustaha 4301. Pustaha tersebut ditulisi pada dua segi yang dinamakam A dan B.<br /><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_003.jpg" target="“_blank”">A3</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_004.jpg" target="“_blank”">A4</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_005.jpg" target="“_blank”">A5</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_006.jpg" target="“_blank”">A6</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_007.jpg" target="“_blank”">A7</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_008.jpg" target="“_blank”">A8</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_009.jpg" target="“_blank”">A9</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_010.jpg" target="“_blank”">A10</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_011.jpg" target="“_blank”">A11</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_012.jpg" target="“_blank”">A12</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_013.jpg" target="“_blank”">A13</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_014.jpg" target="“_blank”">A14</a>8<br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_016.jpg" target="“_blank”">A15</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_017.jpg" target="“_blank”">A16</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_018.jpg" target="“_blank”">A17</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_019.jpg" target="“_blank”">A18</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_020.jpg" target="“_blank”">A19</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_021.jpg" target="“_blank”">A20</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_022.jpg" target="“_blank”">A21</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_023.jpg" target="“_blank”">A22</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_024.jpg" target="“_blank”">A23</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_025.jpg" target="“_blank”">A24</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_026.jpg" target="“_blank”">A25</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_027.jpg" target="“_blank”">A26</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_028.jpg" target="“_blank”">A27</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_029.jpg" target="“_blank”">A28</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_030.jpg" target="“_blank”">A29</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_031.jpg" target="“_blank”">A30</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_032.jpg" target="“_blank”">A31</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_033.jpg" target="“_blank”">A32</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_034.jpg" target="“_blank”">A33</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_035.jpg" target="“_blank”">A34</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_036.jpg" target="“_blank”">A35</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_037.jpg" target="“_blank”">A36</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_038.jpg" target="“_blank”">A37</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_040.jpg" target="“_blank”">A38</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_041.jpg" target="“_blank”">A39</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_042.jpg" target="“_blank”">A40</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_043.jpg" target="“_blank”">A41</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_044.jpg" target="“_blank”">A42</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_045.jpg" target="“_blank”">A43</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_046.jpg" target="“_blank”">A44</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_048.jpg" target="“_blank”">A45</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_049.jpg" target="“_blank”">A46</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_052.jpg" target="“_blank”">A47</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_053.jpg" target="“_blank”">A48</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_054.jpg" target="“_blank”">A49</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_055.jpg" target="“_blank”">A50</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_056.jpg" target="“_blank”">A51</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_057.jpg" target="“_blank”">A52</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_058.jpg" target="“_blank”">A53</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_059.jpg" target="“_blank”">A54</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_060.jpg" target="“_blank”">A55</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_061.jpg" target="“_blank”">A56</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_062.jpg" target="“_blank”">A57</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_063.jpg" target="“_blank”">A58</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_064.jpg" target="“_blank”">A59</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_065.jpg" target="“_blank”">A60</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_066.jpg" target="_blank">B1</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_067.jpg" target="_blank">B2</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_068.jpg" target="_blank">B3</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_069.jpg" target="_blank">B4</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_070.jpg" target="_blank">B5</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_071.jpg" target="_blank">B6</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_072.jpg" target="_blank">B7</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_073.jpg" target="_blank">B8</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_074.jpg" target="_blank">B9</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_075.jpg" target="_blank">B10</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_076.jpg" target="_blank">B11</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_077.jpg" target="_blank">B12</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_078.jpg" target="_blank">B13</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_079.jpg" target="_blank">B14</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_080.jpg" target="_blank">B15</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_081.jpg" target="_blank">B16</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_082.jpg" target="_blank">B17</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_083.jpg" target="_blank">B18</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_084.jpg" target="_blank">B19</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_085.jpg" target="_blank">B20</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_086.jpg" target="_blank">B21</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_087.jpg" target="_blank">B22</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_088.jpg" target="_blank">B23</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_089.jpg" target="_blank">B24</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_090.jpg" target="_blank">B25</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_091.jpg" target="_blank">B26</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_092.jpg" target="_blank">B27</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_093.jpg" target="_blank">B28</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_094.jpg" target="_blank">B29</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_095.jpg" target="_blank">B30</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_096.jpg" target="_blank">B31</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_097.jpg" target="_blank">B32</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_098.jpg" target="_blank">B33</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_099.jpg" target="_blank">B34</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_100.jpg" target="_blank">B35</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_101.jpg" target="_blank">B36</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_102.jpg" target="_blank">B37</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_103.jpg" target="_blank">B38</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_104.jpg" target="_blank">B39</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_105.jpg" target="_blank">B40</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_106.jpg" target="_blank">B41</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_107.jpg" target="_blank">B42</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_108.jpg" target="_blank">B43</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_109.jpg" target="_blank">B44</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_110.jpg" target="_blank">B45</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_111.jpg" target="_blank">B46</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_112.jpg" target="_blank">B47</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_113.jpg" target="_blank">B48</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_114.jpg" target="_blank">B49</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_115.jpg" target="_blank">B50</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_116.jpg" target="_blank">B51</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_117.jpg" target="_blank">B52</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_118.jpg" target="_blank">B53</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_119.jpg" target="_blank">B54</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_120.jpg" target="_blank">B55</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_121.jpg" target="_blank">B56</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_122.jpg" target="_blank">B57</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_123.jpg" target="_blank">B58</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_124.jpg" target="_blank">B59</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_125.jpg" target="_blank">B60</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_126.jpg" target="_blank">B61</a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_127.jpg" target="_blank"></a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_128.jpg" target="_blank"></a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_129.jpg" target="_blank"></a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_130.jpg" target="_blank"></a><br /><a href="http://www.hawaii.edu/indolang/surat/naskah/beloit/0502b_131.jpg" target="_blank"></a><br /><br /><br /><br /></p>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-47212270004974323612009-08-18T03:41:00.000-07:002010-11-14T06:34:28.309-08:00<div align="justify"><br /><span style="font-family:arial;"><strong>Surat Batak dan Pustaha<br /><br /><br /><br />Aksara/huruf Batak atau disebut ‘Surat Batak’ adalah huruf-huruf yang dipakai dalam naskah-naskah asli suku Batak (Toba, Angkola/Mandailing, Simalungun, dan Karo). Kelompok bahasa sub suku ini mempunyai kemiripan satu sama lain dan sebenarnya adalah cabang dari suatu bahasa Batak tua (Proto Batak). Naskah asli itu sebagian besar berupa pustaha (laklak), sebagian kecil lainnya dituliskan pada bambu dan kertas. Hampir semua orang Batak yang menulis buku tentang Batak selalu memasukkan satu bab atau bagian bukunya tentang Surat Batak atau paling tidak ia membuat sebuah tabel abjad Batak. Ini menunjukkan mereka bangga akan warisan budaya leluhurnya itu. Tetapi sayang sekali karena kurangnya pemahaman kerap kali salah kaprah dan tidak jelas. Kekeliruan ini akan nyata kalau kita terapkan untuk membaca suatu naskah asli Pustaha. Berani saya bertaruh, pasti akan sulit kita baca, alias membuat kita bingung sendiri. Bahkan dalam buku-buku wajib pelajaran aksara Batak yang dipakai di sekolah di daerah Tapanuli banyak dijumpai kekeliruan ini. Soalnya sekarang bagaimana membenahi ini semua ? Banyak buku bermutu dari pakar asing yang sangat baik bisa dipakai sebagai rujukan. Tetapi masalahnya adalah semuanya ditulis dalam bahasa asing, Jerman atau Belanda. Sekarang ini sudah jarang kita yang menguasainya. Syukurlah beberapa tahun lalu, Dr.Uli Kozok, seorang ahli bahasa kuno (filolog) berkebangsaan Jerman, yang menyunting putri Tanah Karo, telah menulis sebuah buku panduan ringkas Surat Batak yang sangat baik dalam bahasa Indonesia “Warisan Leluhur, Sastra Lama dan Aksara Batak”, 1999.<!--[if !supportFootnotes]-->Kozok yang pernah menjadi pengajar di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (1990-1991) menulis disertasi tentang sastra Batak Ratapan (andung-andung).<!--[if !supportFootnotes]-->Dengan buku panduan Dr.Kozok ini diharapkan putra asli Batak yang berminat bisa memiliki bahan acuan yang baik untuk meneliti naskah-naskah tua yang hampir punah, dan masih tersebar di berbagai tempat di luar ataupun di dalam negeri. Ia juga telah membuat suatu font Surat Batak sehingga sekarang kita boleh melakukan pengetikan computer dengan aksara Batak.<br /><br /><br />Naskah pustaha sekarang sudah sangat langka dan tersebar di beberapa perpustaakan di Eropa. Diperkirakan jumlahnya hanya 2000 buah. Bagaimana caranya mengembalikannya ke tanah air perlu dipikirkan.Naskah batak yang ditemukan dalam bentuk bambu ataupun tulang kerbau dan kertas sangat kecil jumlahnya. Perlu dicatat, sastra Batak kebanyakan tidak ditulis melainkan dialihkan turun temurun secara lisan. Surat Batak hanya dipergunakan untuk ilmu kedukunan, surat menyurat (ancaman). Di daerah Karo, Simalungun, Angkola juga dipakai untuk menulis syair/nyanyian ratapan. Jadi legenda, mitos, cerita rakyat (turi-turian), umpama, umpasa, teka-teki (torhan-torhanan), silsilah (tarombo) tidak akan anda jumpai dalam bentuk naskah Batak asli. Khusus mengenai silsilah marga yang diturunkan dengan tradisi lisan, belakangan menimbulkan berbagai versi. Tidak jarang pecah perselisihan, yang sebenarnya lebih berpangkal pada ego kelompok dan tribalisme.<br /><br />Kebanyakan naskah berbentuk pustaha. Pustaha adalah semacam buku terbuat dari kulit kayu (laklak) yang dilipat sedemikian rupa dengan sampul terbuat dari kayu alim. (lampak) yang lebih keras. Yang dituliskan pada pustaha pada pokoknya adalah soal-soal yang menyangkut ilmu kedukunan (hadatuon). P.Voorhoeve dan L.Manik yang meneliti 461 pustaha di beberapa perpustakaan di Eropa, sebagaimana dikutip oleh Kozok, membagi ilmu hadatuon :<br /><br />Ilmu hitam (Pangulubalang, Pamunu tanduk, gadam dll)<br />Ilmu putih (Pagar, Sarang timah, Porsimboraon, dll)<br />Ilmu lain-lain (Tamba tua, Dorma, Parpangiron dll)<br />Obat-obatan<br />Nujum<br />Dengan perbintangan (Pormesa na sampulu dua, panggorda na ualu, pane na bolon, porhalaan dsb)<br />Dengan memakai binatang (Aji nangkapiring, Manuk gantung, Porbuhiton dsb)<br />Nujum lain-lain (Rambu siporhas, Panampuhi, Hariara marsundung di langit, Parombunan dsb) </strong></span></div><div align="justify"><span style="font-family:arial;"><strong><br />Disediakan pedoman praktis surat Batak download dalam format PDF:Pedoman Aksara Batak<br /><br /><br /></div></strong></span>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-61151842363851823112009-08-16T02:42:00.000-07:002010-11-14T06:05:34.255-08:00<div align="justify">Hutasoit<br />Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas<br />Hutasoit yang diberi gelar Borsak <span style="font-family:arial;">Bimbinan</span> adalah anak ke empat atau bungsu dari <a title="Toga Sihombing" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Toga_Sihombing">Toga Sihombing</a>. Menurut Sejarah Toga Sihombing dahulu bermukim di <a title="Pulau Samosir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Samosir">Pulau Samosir</a> kemudian merantau ke daerah <a class="new" title="Tipang (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tipang&action=edit&redlink=1">Tipang</a>. Tipang kemudian menjadi diabadikan sebagai daerah asal dari keempat Anak Toga Sihombing: <a title="Silaban" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Silaban">Silaban</a>, <a title="Lumbantoruan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lumbantoruan">Lumbantoruan</a>, <a class="new" title="Nababan (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nababan&action=edit&redlink=1">Nababan</a>, dan Hutasoit kemudian keempat anak Toga Sihombing merantau ke dataran tinggi <a class="mw-redirect" title="Humbang" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Humbang">Humbang</a>. Hutasoit menempati beberapa wilayah di <a class="new" title="Humbang Habinsaran (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Humbang_Habinsaran&action=edit&redlink=1">Humbang Habinsaran</a> (<a class="mw-redirect" title="Siborong-borong" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Siborong-borong">Siborong-borong</a>).<br />Daftar isi[<a class="internal" id="togglelink" href="javascript:toggleToc()">sembunyikan</a>]<br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#Asal-usul">1 Asal-usul</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#Submarga_Hutasoit">2 Submarga Hutasoit</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#Padan_dengan_Marga_lain">3 Padan dengan Marga lain</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#Tokoh_terkenal">4 Tokoh terkenal</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#Catatan_kaki">5 Catatan kaki</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#Pranala_luar">6 Pranala luar</a><br /><a id="Asal-usul" name="Asal-usul"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Asal-usul" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutasoit&action=edit&section=1">sunting</a>] Asal-usul<br />Secara umum Hutasoit menganggap <a class="mw-redirect" title="Siborong-borong" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Siborong-borong">Siborong-borong</a> menjadi <a class="new" title="Bonapasogit (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bonapasogit&action=edit&redlink=1">bonapasogit</a>. Dari daerah ini mereka menyebar ke wilayah <a title="Kabupaten" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten">Kabupaten</a> <a class="mw-redirect" title="Tapanuli Utara" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tapanuli_Utara">Tapanuli Utara</a>) dan <a class="mw-redirect" title="Humbang Hasundutan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Humbang_Hasundutan">Humbang Hasundutan</a> (<a class="new" title="Sigumpar (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sigumpar&action=edit&redlink=1">Sigumpar</a>, Hutasoit, <a class="new" title="Lintong Nihuta (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lintong_Nihuta&action=edit&redlink=1">Lintong Nihuta</a>, <a class="mw-redirect" title="Dolok Sanggul" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dolok_Sanggul">Dolok Sanggul</a>- sekarang setelah pemekaran menjadi Kabupaten Humbang Hasundutan) serta menyebar lagi ke <a title="Kabupaten Dairi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Dairi">Tanah Dairi</a> <a class="mw-redirect" title="Sidikalang" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sidikalang">Sidikalang</a>. Hutasoit tersebar dari Tipang naik ke dataran tinggi Humbang ke Negeri Lintongnihuta di desa Sigumpar dan Desa Hutasoit. dan ke Negeri Butar dan kemudian ke Negeri Siborongborong, yaitu di Desa Pardomuan dan Desa Siaro/silaitlait. Keturunan keempat borsak ini secara bersamasma tinggal bedampingan di Dataran Humbang. Di Negeri Lintongnihuta keempat borsak itu memiliki desa dan juga di Negeri Siborongborong. Desa-desa di Negeri Lintongnihuta kebanyakan ditempati Lumbatoruan,antara lain Desa Parulohan, Sibntuon, Lumbajulu, Sigompul dan Siguriguri. Desa lain ada desa Hutasoit dan Sigumpar ditempati Marga Hutasoit dan Negeri Silaban di tempati marga Silaban dan Negeri Nagasaribu ditempati marga Nababan. Demikian juga di Negeri Butar,keempat borsak itu ada disana; Butar toruan tinggal Nababan dan Butar dolok tinggal Lumbantoruan, silaban, Hutasoit. Desa di Negeri Siborongborong ditempati Hutasoit antara lain di Lumban Pea, di Pardomuan, di Siaro, di Silaitlait dan di pusat kota siborongborong. Dari Siborongborong Marga Hutasoit menyebar ke Pangaribuan dan Ke Silindung dengan menamakan marga Sihombing (memakai marga Sihombing bukan Hutasoit)<br /><a id="Submarga_Hutasoit" name="Submarga_Hutasoit"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Submarga Hutasoit" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutasoit&action=edit&section=2">sunting</a>] Submarga Hutasoit<br />Pada generasi keenam, Hutasoit dibagi dalam dua submarga, yakni : <a class="new" title="Sunggu Parbaja (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sunggu_Parbaja&action=edit&redlink=1">Sunggu Parbaja</a> dan <a class="new" title="Parpati Toba (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Parpati_Toba&action=edit&redlink=1">Parpati Toba</a>.Borsak Bimbinan (Generasi I) anaknya satu diberi nama: O.Raja Ginaung(Generasi II). Anak dari Raja Ginaung juga puna anak satu, namanya: O.Raja Dibabana(Generasi III). Anak dari O.Raja Dibabana juga satu, bernama: O.Lanok Nabolon (Generasi IV). Anak dari generasi ke empat ini baru ada dua, yaitu:Saribugaja dan O.Hundulbatu (Generasi VI). Anak dari O.Hundul Batu ada dua, yaitu: 1. Sunggu Parbaja dan 2. Parpati Toba. Catatan: Keturunan dari Saribugaja tidak diketahui?<br /><a id="Padan_dengan_Marga_lain" name="Padan_dengan_Marga_lain"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Padan dengan Marga lain" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutasoit&action=edit&section=3">sunting</a>] Padan dengan Marga lain<br />Hutasoit memiliki perjanjian untuk tidak saling menikah dengan : <a class="new" title="Naibaho (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Naibaho&action=edit&redlink=1">Naibaho</a>, <a class="new" title="Sihotang (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sihotang&action=edit&redlink=1">Sihotang</a> - <a class="new" title="Marsoit (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Marsoit&action=edit&redlink=1">Marsoit</a>. Sihotang Marsoit adalah yang dilahirkan br Manik istri dari Sihotang. Anak itu diberi nama Marsoit oleh ibu yang melahirannya. Pemberian nama ini adalah sebagai kenangan baginya bahwa Marsoit itu adalah anak yang dikandung dari marga Hutasoit. Hubungan br Manik dengan Hutasoit terjadi ketika Sihotang meninggalkannya. Beberapa tahun kemudian setelah ada hubungan br Manik dan Hutasoit. pulanglah Sihotang ke rumahnya. Demikian juga Hutasoit terpaksa melarikan diri meninggalkan br Manik, karena perkawinan mereka tidak resmi. Sihotang menerima "Langge na do na tubu di porlakna". Langge adalah sejenis tumbuhan yang dapat berkembang sampai diluar perbatasan tanah. Tanaman itu menjadi milik dari pemilik tanah itu, walaupun bukan dia yang menenam. Mengetahui kejadian itu Sihotang Marsoit dan Hutasoit merasa ada hubungan satu darah dan memutuskan tidak boleh kawin kedua marga itu.<br /><a id="Tokoh_terkenal" name="Tokoh_terkenal"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Tokoh terkenal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutasoit&action=edit&section=4">sunting</a>] Tokoh terkenal<br /><a class="new" title="Pdt.Dr Justin Sihombing-Hutasoit (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pdt.Dr_Justin_Sihombing-Hutasoit&action=edit&redlink=1">Pdt.Dr Justin Sihombing-Hutasoit</a> Ephorus HKBP tahun 1942- 1962.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#cite_note-0">[1]</a><br /><a class="new" title="Manixius Hutasoit (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Manixius_Hutasoit&action=edit&redlink=1">Manixius Hutasoit</a>, Sekjen P & K dan Bapenas, sekaligus salah satu tokoh Parkindo, berasal dari Sumatera Utara.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#cite_note-1">[2]</a><br /><a title="Ruyandi Hutasoit" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ruyandi_Hutasoit">Ruyandi Hutasoit</a>, Ketua Umum Partai Damai Sejahtera.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#cite_note-2">[3]</a><br /><a class="new" title="Jansen Humuntal Hutasoit (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jansen_Humuntal_Hutasoit&action=edit&redlink=1">Jansen Humuntal Hutasoit</a>, mantan Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Peternakan dan Perikanan dalam Kabinet Pembangunan IV.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#cite_note-3">[4]</a><br /><a class="new" title="Potsdam Hutasoit (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Potsdam_Hutasoit&action=edit&redlink=1">Potsdam Hutasoit</a>, anggota MPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#cite_note-4">[5]</a><br /><a class="new" title="Lambok Hutasoit (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lambok_Hutasoit&action=edit&redlink=1">Lambok Hutasoit</a>, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#cite_note-5">[6]</a><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#cite_note-6">[7]</a><br /><a class="new" title="Abraham Lincoln Hutasoit (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abraham_Lincoln_Hutasoit&action=edit&redlink=1">Abraham Lincoln Hutasoit</a>, Ephorus Gereja Kristen Protestan Angkola<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutasoit#cite_note-7">[8]</a><br /><a id="Catatan_kaki" name="Catatan_kaki"></a><br /></div>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-67818075628689948532009-08-16T02:23:00.000-07:002009-08-16T02:25:12.942-07:00<div align="justify"><br /><span style="font-family:arial;"><strong>Sejarah </strong></span><a title="View all posts in batak" href="http://www.taresca.co.cc/?cat=23" rel="category"><span style="font-family:arial;"><strong>batak</strong></span></a><span style="font-family:arial;"><strong><br /><br />Perkembangan pembangunan di bidang sosial dan pendidikan meningkat. Kerajaan mulai mengerjakan penulisan sejarah Batak dalam ‘Arsip Bakkar’ setebal 23 jilid. Total Satu setengah meter tebalnya. Sebagain besar mengenai undang-undang, tradisi dan kehidupan kerajaan. Sebuah usaha yang memberikan dampat baik terhadap kredibilitas otoritas raja dan kehidupan masyarakat namun sudah terlanjur terlambat. Elemen-elemen rakyat yang putus asa dengan epidemik kolera sudah banyak yang pro-Belanda.<br />1833Tentara Belanda mulai mendaratkan pasukan ekspedisi dibawah Komando Mayor Eiler, di daerah Natal dan mengangkat rajanya menjadi raja boneka dengan gelar; Regent van Mandailing. Elemen-elemen padri Minang dibasmi.<br />1833-1834Pasukan Kolonel Elout menguasai Angkola dan Sipirok. Sipirok menjadi batu loncatan untuk menggempur Toba. Peta-peta sasaran tembak sudah dikumpulkan sebelumnya oleh tim penyusup dan orang-oramg Eropa yang bergerak bebas di Tanah Batak<br />Kolonel Elout memerintahkan pendeta-pendeta tentara Belanda, yang menjadi bawahannya di pasukan tersebut, antara lain; Pendeta Verhoeven untuk mempersiapkan diri untuk meng-kristenkan penduduk asli Tanah Batak Utara. Verhoeven diwajibkan untuk bergaul dengan penduduk asli dan belajar Bahasa Batak.<br />Eliot melalui kakaknya, saudara perempuannya, di Boston, AS, meminta tambahan tim misi dari American Baptist Mission (ABM). Permintaan ini mendapat dukungan dana oleh Clipper Millionairs yang berpusat di Boston dengan kompensasi mereka dapat menguasai kegiatan ekspor dan impor di Tanah Batak yang sangat potensial saat itu.<br />Seperempat abad kemudian, Hamburg Millionairs mendanai pendeta-pendeta dari Barmen untuk mengkristenkan Tanah Batak, hasilnya sejak tahun 1880-1940, di belakangan “Reinische Missions Gesselschaft”, seluruh arus perdagangan ekspor dan impor di Tanah batak dimonopoli oleh “Hennemann Aktions Gessellschaft”. Diperkirakan, paska PD II total pengusaha-pengusaha nasionalpun tidak sanggup mendekati 10 persen dari volume perdagangan “Hennemen & Co,” dulu di Tanah Batak. (Tuanku Rao; Ompu Parlindungan)<br />1833-1930Masyarakat Mandailing menderita dengan pendudukan Belanda setelah beberapa usaha mempertahankan diri, gagal. Eksodus ke Malaysia dimulai. Komunitas-komunitas diaspora batak di luar negeri terbentuk. Di Malaysia, Mekkah, Jeddah dan lain sebagainya.<br />1834ABM mengirimkan tiga orang pendeta ke Tanah Batak. Yakni; Pendeta Lyman, Munson, Ellys. Kolonel Elout menempatkan Ellys di Mandailing untuk mengkristenkan masyarakat muslim di sana. Lyman dan Munson melanjutkan jejak Burton dan Ward.<br />Lyman dan Munson memasuki toba dengan seorang penerjemah, Jamal Pasaribu. Di sana mereka disambut baik. Namun setelah insiden penembakan mati seorang wanita tua oleh Lyman, raja setempat, Raja Panggulamau menolak kehadiran mereka.<br />Penembakan wanita tua, yang kebetulan, namboru sang raja tidak dapat diterima oleh raja. Lyman dan Munson mendapat hukuman mati oleh pengadilan lokal.<br />1834-1838Pemerintahan Militer Belanda di Tanah Batak Selatan didirikan secara permanen. Komplek markas Besar Belanda didirikan berikut taman perumahan para pemimpin militer.<br />1838-1884Kekuatan militer Belanda bertambah kuat. Sumatera Barat dapat dikuasai. Mandailing, Angkola dan Sipirok menjadi “Direct Bestuurd Gebied”, Raja Gadumbang tidak jadi dijadikan Sultan oleh Pemerintah Penjajahan Belanda, akan tetapi dibohongi dan hanya diberikan gelar “Regent Voor Her Leven”.<br />Pemimpin-pemimpin masyarakat Batak Islam yang tidak mau tunduk dengan Belanda di berbagai daerah, dibasmi. Silindung masuk ke dalam “Residente Air Bangis tahun 1973 dan Toba, yang belum takluk, dimasukkan pada tahun 1881. Kerajaan-kerajaan lain yang berhubungan dengan Kerajaan Toba tidak dapat berbuat banyak untuk membantu. Hegemoni Eropa tidak dapat terbendung. Manusia di nusantara hanya menunggu waktu untuk menjadi mangsa Eropa. Kerajaan Batak terisolir dan melemah. Rakyat sudah banyak yang pro Belanda.<br />1843-1845Perbatasan Tanah Batak yang aman hanya pelabuhan Singkil dan Barus serta perbatasan darat dengan Aceh. Sisingamangaraja XI mengikuti Pendidikan Militer di Indrapuri, Kesultanan Aceh.<br />1845-1847Aceh mengirimkan satu balayon tentara di bawah komando Teuku Nangsa Sati ke Toba. Bersama Yang Mulia Sisingamangaraja XI, Teuku menyiapkan perencanaan strategi gerilya. Pasukan komando gerilya dibentuk. Pertahanan dengan menggelar pasukan sudah tidak memungkinkan. Siasat ini pada tahun 1873-1907 sangat membingungkan pihak imperialis Belanda.<br />1848Putra Mahkota, Pangeran Parobatu, satau-satunya anak laki-laki Sisingamangaraja XI lahir.<br />1857-1861Zending Calvinist Belanda dari “Gereja Petani Ermeloo/Holland” (GPE) dengan gencar melakukan misi di Tanah Batak Selatan. Mereka antara lain; Pendeta Van Asselt di Parausorat, Sipirok, pendeta Dammerboer di Hutarimbaru, Angkola, Pendeta Van Danen di Pangarutan, Angkola dan Pendeta Betz di Bungabondar, Sipirok.<br />Misi; gagal. Masyarakat Muslim Batak yang sudah tidak berdaya dalam penguasaan Belanda menolak untuk dikristenkan. Belanda, tidak habis akal, mempercayakan misi pengkristenan Batak Selatan dan Utara kepada pendeta-pendeta Jerman, “Reinische Missions Gesselschaft” (RMG), yang menganggunr di Batavia, sejak diusir keluar dari Kalimantan Selatan oelh Pangeran Hidayat.<br />Belanda menghubungkan pendeta Fabri, pemimpin RMG di Jerman dengan pendeta Witteveen, pemimpin dari GPE. GPE mengalah, mundur dari Tanah Batak Selatan, karena kahabisan dana. Dengan banjir dana dari perusahaan Hennemann & Co, RMG memulai upaya misi kembali agar secepatnya Belanda dapat menguasai Tanah Batak dan menghancurkan Aceh di ujung sana.<br />1861Pada tanggal 7 Oktober 1861, di dalam rumah pendeta van Asselt diadakan rapat bersama oleh pendeta-pendeta Belanda yang sudah aktif di tanah Batak bersamam pendeta-pendeta Jerman yang baru datang. Rapat ditutup oleh pendeta Klammer hasilnya; Pimpinan pengkristenan tanah Batak sudah berpindah dari tangan Pendeta Belanda ke tangan Pendeta Jerman. Pendeta Belanda Dammerboer serta van Dalen tidak menyukai posisinya menjadi bawahan seorang “Moffen”, Jerman. Mereka berhenti menjadi pendeta.<br />1861-1907Belanda tidak sabar untuk menguasai lahan-lahan pertanian Tanah Batak yang masih dimiliki Sisingamagaraja XI. Untuk menyerangnya secara frontal Belanda belum mampu karena dipihak lain dan di dalam negeri mereka banyak menghabiskan tenaga unutuk menumpas pemberontakan-pemberontakan, sementara itu, kerajaan-kerajaan pribumi tidak menyadari keunggulan mereka.<br />Belanda kemudian menerapkan Devide et Impera dari pantai timur dengan kebijakan Zelbestuur, artinya swapraja. Tanah Batak dipecah menjadi:<br />1. Keresidenan Tapanuli. Direct Bestuur Gebied, sebuah daerah Pamong Praja.2. Sumatera Timur, Zelbestuurs Gebied, Swapraja.3. Daerah Batak, Singkil, gayo, dan Alas atas permintaan komandan tentara Belanda di Kotapraja, dimasukkan ke dalam Aceh.<br />Daerah Batak yang menjadi Swapraja yang bercampur dengan puak Melayu dipecah sebagai berikut:<br />1.Kesultanan Langkat, di atas kerajaan Karo, Aru/Wampu di tanah Karo, Dusun2.Kesultanan Deli, bekas Kesultanan Haru/Delitua.3.Kesultanan Serdang, di bekas Kerajaan Dolok Silo, Simalungun sampai ke Lubuk Pakam.4.Distrik Bedagai, dilepas dari Kerajaan Kahean, Simalungun. Di bawah pimpinan otoritas bergelar Tengku.5.Kesultanan Asahan yang didirikan oleh Tuanku Mansur Marpaung diberi pengakuan secara hukum.6.Kerajaan Kota Pinang, dengan mayoritas penduduk Batak Muslim didirikan dengan 7.kepemimpinan Alamsyah Dasopang dengan gelar Tuanku Kota Pinang.8.Kerajaan-kerajaan kecil dan tak mempunyai kekuatan diciptakan, misalnya kerajaan Merbau, Panai, Bila dan lain sebagainya dengan tujuan untuk memecah-mecah kekuatan masyarakat Batak dalam kotak-kotak agama, wilayah dan kepentingan ekonomi.9.Kerajaan Dolok Silo dan Kahaen dipecah tiga.10.Di Tanah Karo daerah pegunungan diciptakan Kerajaan Sibayak.<br />Pihak Gayo yang dimasukkan ke Aceh dan orang-orang Batak Karo serta Simalungun tidak dapat lagi membela perjuangan Dinasti Sisingamangaraja karena mereka menganggap dirinya masing-masing sudah berbeda kewarganegaraan. Pihak Belanda menguasai setiap check point, untuk mengisolir rakyat setiap kerajaan dan membatasi pelintas batas. Kekuatan ekonomi, praktis, dikuasi Belanda. Kekuatan Tanah Batak mencapai titik paling lemah.<br />1863Pendeta Nomensen dari Sipirok memasuki Silindung. Pengkristenan Tanah Batak Utara dimulai dan dikerjakan dengan sangat sistematis. Target ke selatan Batak, daerah Batak Muslim, dikurangi. Dengan beking seorang raja, pontas Lumban Tobing, yang sudah pro Belanda, sebuah gereja pertama didirikan di Hutadaman, Silindung. (Tuanku Rao; Ompu Parlindungan)<br />1864-1866Pangeran Parobatu, selama dua tahun, mengikuti Pendidikan Militer di XXV/Mukim, di Kesultanan Aceh. Setelah wisuda, pangeran juga membahwa oleh-oleh; Bantuan Pasukan Penempur dari Aceh, ke Bakkara.<br />1867Penyakit Kolera menjangkiti lagi. Para tenaga medis Kerajaan gagal membendung epidemik ini. Yang Mulia Sisingamangaraja XI wafat karena kolera. Pangeran Parobatu naik tahta menjadi Sisingamangaraja XII dengan gelar Patuan Bosar.<br />Akibat epidemik ini, intensitas misi pengkristenan bertambah tinggi. Rakyat yang frustasi berduyun-duyun mendatangi Christian Community di Hutadame.<br />1867-1884Sisingamangaraja XII selama 17 tahun memerintah di Bakkara. Menurut penulis sejarah pro Belanda, Sisingamangaraja memerintah dengan tangan besi, untuk mempertahankan “Singgasana Batak Pagan Priest Kings” yang sudah memerintah selama 12 generasi paska Dinasti Sori Mangaraja. Informasi ini tentunya untuk pengalihan perhatian orang-orang Batak di masa mendatang yang akan merasa kehilangan penguasa Batak yang mereka cintai.<br />Selanjutnya, para penulis itu menuduh Sisingamangaraja XII secara totaliter menentang Pemerintah Belanda, serta menentang infiltrasi dari Agama Kristen yang dibawa oleh pendeta-pendeta Jerman. Mereka menambahkan bahwa karena itulah orang-orang Batak yang sudah Kristen (dan lebih2 lagi yang sudah Islam) tentulah tidak mau mengakui seorang Batak Pagan Priest King.<br />Belanda, dengan dendam kesumat atas kewibawaan Sisingamangaraja XII, sengaja menanam bibit perpecahan dan pertikaian di masyarakat untuk dipanen oleh generasi Batak di masa mendatang. Paska Kemerdekaaan Indonesia, bibit itu melapuk dan tidak membuahkan hasil. Orang Batak hidup damai dalam toleransi beragama.<br />Raja Huta, Pontas Lumbantobing di Saitnihuta, Silindung, menjadi antipode dari Sisingamangaraja XII, maharaja di wilayah huta-huta Batak. (Tuanku Rao; Ompu Parlindungan).<br />Di tanah Batak Utara didirikan sekolah-sekolah dengan jumlah besar; Sekolah Dzending. Namun, demi misi imperialis, diskriminasi diterapkan. Anak-anak dari Sintua, tetua Gereja, mendapat prioritas masuk sekolah Zending. Untuk menjadi Sintua, seseorang harus membuktikan diri patuh terhadap Kristen. Orang-oranng tanah Batak Utara belomba-lomba menjadi Sintua. (Tuanku Rao; Ompu Parlindungan).<br />Posisi Sisingamangaraja XII kehilangan legitimasi dan dukungan dari rakyatnya yang sudah Kristen karena sudah berlomba-lomba menjadi Sintua (idem).<br />Penduduk Dairi, Pakpak dan Simsim masih menjadi pengikut setia Sisingamangaraja XII. Dalam pertempuran dengan Belanda, Ibukota kerajaan yang sudah ditandai oleh tim penyusup sebelumnya menjadi sasaran empuk pasukan Belanda. Serangan-serangan artileri memaksa Sisingamangaraja XII, dengan pengawalan khusus dari rakyatnya orang-orang Gayo yang menjadi pasukan komando dari Aceh, pasukan yang diberikan Kesultanan Aceh, mengungsi di Dairi dan melancarkan serangan dari hutan belantara sana. (1884-1907). Sementara itu panglima-panglimanya yang masih setia, melakukan upaya defensif untuk menahan laju tentara Belanda.<br />1869Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pendeta Ellys di Mandailing menemukan beberapa hambatan-hambatan, serta penyebabnya, dalam misi pengkristenan. (Tuanku Rao; Ompu Parlindungan)Aliran Baptist, merupakan kelompok yang sangat sedikit di dunia. Baptist melepaskan diri dari Gereja Roma Katolik, lebih dahulu daripada Protestan dengan Martin Luther-nya pada tahun 1517. Baptis mengkristenkan orang-orang dewasa dengan cara menyemplungkan diri, seluruh badan, di dalam sungai. Seperti halnya oleh Johannes Pembaptis sebelum Jesus.Amerina Baptist Misson dan British Baptish Mission tidak mau lagi mendanai Pendeta di Mandailing yang berpenduduk Muslim dan taat beragama.<br />Menurut Parlindungan, Dinasti Romanov, di Rusia beragama. Kristen Ortodoks Katolik. Akan tetapi di Ukraina terdapat sedikit aliran Baptist keturunan Belanda yang disebut; Mennoniets, karena mereka adalah keturunan dari Menno Simons. Baptist, Doopsgezinden, di Negeri Belanda habis dibasmi oleh Protestan, di dalam periode 1568-1648.<br />Orang-orang Baptist Belanda melarikan diri ke Ukarina. Di sana, mereka dilindungi oleh Dinasti Romanov, karena kepandaian mereka di bidang pertanian dan peternakan.<br />Dinasti Romanov saat itu sedang asyik menanam pengaruh di Seluruh Asia, mulai dari Selat Dardanella, sampai ke Vladiwostok. Romanov kemudian mengatur kepergian Pendeta-pendeta Mennoniet dari Ukraina ke Mandailing 1869-1918.<br />Gereja yang di Mandailing didirikan pada tahun 1838 dirombak dan diganti dengan Gereja model Basilyk Rusia, lengkap dengan atas yang berbentuk “bawang” , 1869. Misi pendeta Mennoniet inipun berakhir karena jatuhnya Tsar Rusia yang dibantai oleh kaum Komunis. Pendeta Iwan Tissanov, pendeta yang teakhir dari aliran ini kemudian pindah ke Bandung.<br />Keturunan pasukan Padri bermarga Lubis, Kalirancak Lubis dan Jamandatar Lubis, yang pernah merebut Toba dan menguasai Ibukota Bakkara, di bawah pimpinan Panglima Muhammad Faqih Amiruddin Sinambela, kemenakan S. M. Raja X, menjadi Kristen Protestan Luteran di HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Salah satunya adalah Martinus Lubis pahlawan Medan 1947.<br />1870 M<br />Peta politik populasi Tanah Batak:<br />Di Tanah Batak Selatan; 90% Beragama Islam, 10% lagi terdiri dari Muslim Syiah, Kristen Protestan dan Baptist.<br />Di Tanah Batak Utara; 90% Beragama Monoteis Adat Sisingamangaraja (Parmalim atau Sipelebegu) dengan Sisingamangaraja sebagai Raja dan Pemimpin Agama dan Debata Mula Jadi Nabolon (Tuhan, Maha Pencipta serta Maha Agung) sebagai Tuhan.<br />Sementara 10 persen lagi; Muslim dan Protestan di Silindung.<br />1873<br />Sebuah mesjid di Tarutung, Silindung, dirombak oleh Belanda. Haji-haji dan orang-orang Islam, kebanyakan, dari marga Hutagalung, diusir dari tanah leluhur dan pusaka mereka di Lembah Silindung. Belanda melakukan pembersihan etnis, terhadap muslim Batak.<br />Kesabaran Sisingamagaraja XII sudah menipis, tindakan ofensif ditingkatkan. Pertempuran Tangga Batu II meletus. Sisingamangaraja XII terluka, kena tembak dan berdarah. Belanda mengumunkannya ke seluruh penjuru. Tujuannya, agar hormat dan kepercayaan orang-orang Batak terhadap raja mereka, SM Raja XII, goyang.<br />Di periode yang sama, dengan bala tentara yang lebih banyak, kebanyakan terdiri dari pasukan paksaan dari daerah-daerah jajahan lainnya; Halmahera, Madura dan Jawa, Belanda melumpuhkan kekuatan tempur SM Raja. Sisa-sia kekuatan hanya untuk defensif. Dari dataran tinggi Humbang (sekarang di Kab. Humbang Hasundutan) Bakkara dibombardir dengan senjata Artileri Berat, namun Belanda masih takut untuk melakukan serangan infanteri.<br />1881 M<br />Toba resmi diduduki Belanda. Di Balige ditempatkan Controleur B.B. Di Laguboti ditempatkan Detasement Tentara Belanda. Pendeta Pilgram di Balige dan Pendeta Bonn di Muara mulai mengkristenkan penduduk yang sudah menyerah dan tak berdaya. Sementara itu, tentara Belanda diperkuat dan Laguboti menjadi Garnizon Tetap.<br />Pasukan SM Raja mulai kehilangan pasokan senjata dan amunisi dari dua pabrik senjata di kedua tempat tersebut, yang dibagun atas alih teknologi dari Kesultanan Aceh.<br />1882-1884<br />Sisingangaraja XII di ibukota Bakkara meningkatkan kewaspadaan mereka dalam sebuah upaya ofensif dan melakukan usaha mendeportasi elemen-elemen Belanda, yang menyusup jauh dan membeberkan kelemahan kerajaan, dan Pendeta-pendeta Jerman keluar dari wilayah kedaulatan Tanah Batak.<br />Yang Mulia, Patuan Bosar, menjanjikan uang sebanyak 300 ringgit burung untuk setiap orang yang memancung seorang pendeta Jerman dengan membawa bukti berupa kepala yang dipancung (Tuanku Rao; Ompu Parlindungan). Terutama Pendeta Bonn di Muara, yang lalu lalang dan mengintai di daerah antara Bakkara dan Balige yang sudah terlalu dekat dengan pusat kekuasaan Patuan Bosar.<br />1883<br />Destor Nasution, putera dari Jarumahot Nasution alias Hussni bin Tuanku Lelo, menjadi pendeta. Tuanku Lelo merupakan salah satu panglima tentara Islam Padri yang merebut Bakkara di era S. M. Raja X.<br />Destor merupakan orang Batak pertama yang ditahbiskan menjadi pendeta dari Marga Nasution. Ayah Tuanku Lelo merupakan Qadi Malikul Adil, Menteri Kehakiman di pemerintahan Padri, dan orang Batak pertama yang naik haji ke Mekkah, 1790.<br />Pasukan Sisingamangaraja XII dengan sisa-sisa kekuatannya melancarkan serangan frontal ke Muara. Tujuannya. Merebut kembali tanah Toba, dan mengusir Belanda di Laguboti. Pendeta Bonn dan Istrinya berhasil melarikan diri.<br />Belanda membalas, Bakkara dikepung dengan bombardir artileri dan serang infanteri. Ibu kota Bakkara, hancur lebur.<br />S. M Raja hijrah ke Tamba dan mengatur serangan dari sana. Pasukan khusus dari Aceh masih setia melindungi ‘Sri Maharaja’ Patuan Bosar.<br />Dukungan rakyat muncul kembali tatkala mendengar patriotisme Putri Lopian Boru Sinambela yang sejak usia 11 tahun selalu mendampingi ayahnya, S. M. Raja XII, Pahlawan Nasional Indonesia. Secara khusus sang putri selalu melakukan ritual untuk memintakan pertolongan dari Debata Mulajadi Na Bolon.<br />Melihat opini rakyat yang mulai menentang, Belanda tidak terima. Karisma sang Putri di bendung dengan tangan besi. Pembicaraan mengenai S. M Raja dan putrinya akan mendapat hukuman penjara. Akibatnya lambat laun rakyat lupa kembali, apakah rajanya masih berjuang atau tidak. Rakyat terintimidasi untuk berbicara mengenai rajanya. Perang Ideologi.<br />1884-1905 Padangsidempuan menjadi ibukota keresidenan Air Bangis.<br />1884-1907<br />Sisingamangaraja XII, Pahlawan Nasional Indonesia dengan heroik meneruskan perang melawan penjajah dari Dairi. Tanpa sedikitpun bantuan dari orang-orang Toba di Silindung yang menyibukkan diri untuk menjadi Sintua agar anaknya diterima sekolah di Zending.<br />1905<br />Ibukota Keresidenan Tapanuli dipindahkan ke Sibolga.<br />1907<br />Pasukan Sisingamangaraja XII bersama panglima dan pengawal pribadinya dari Aceh terkepung di hutan belantara Dairi. Pertempuran berlangsung sangat sengit. Dalam upaya menolong putrinya yang terluka, Sisingamangaraja XII, gelar Patuan Bosar, Ompu Raja Pulo Batu, tewas diberondong Belanda. Jenazahnya dicincang dan dibuang begitu saja di hutan agar tidak dilihat oleh warga Batak yang pasti akan menimbulkan kemarahan besar. Menurut sumber lain, Jenazahnya dikuburkan di Balige atau Parlilitan. Masih perlu didebatkan. Keturunan S.M. Raja yang masih hidup ditawan dan dijauhkan dari masyarakat untuk tidak memancing pertalian emosi dengan warga Batak. Mereka di tawan dan dibuang ke sebuah Biara terpencil. Di sana mereka mati satu per satu. Menurut cerita lain, sebelum mati mereka sudah dipabtis.<br />1912<br />Perkembangan Islam, yang tidak diperbolehkan Belanda untuk mengecap pendidikan, walau paska kebijakan balas budi, kemudian bangkit mendirikan Perguruan Mustofawiyah. Disinyalir sebagai sekolah pribumi pertama di tanah Batak yang sudah modern dan sistematis.<br />Haji Mustofa Husein Purba Baru, dari marga Nasution, merupakan penggagas perguruan ini. Dia, yang dikenal sebagai Tuan Guru, merupakan murid dari Syeikh Muhammad Abduh, seorang reformis dan rektor Universitas Al Azhar.<br />Lulusan perguruan Musthofawiyah ini kemudian menyebar dan mendirikan perguruan-perguruan lain di berbagai daerah di Tanah Batak. Di Humbang Hasundutan di tanah Toba, alumnusnya yang dari Toba Isumbaon mendirikan Perguruan Al Kaustar Al Akbar pada tahun 1990-an setelah mendirikan perguruan lain di Medan tahun 1987. Daerah Tatea Bulan di Batak Selatan merupakan pusat pengembangan Islam di Sumut.<br />HKBP sendiri pernah menjadi gereja protestan terbesar di Asia. Para turunannya mendirikan gereja Angkola, Karo dan Dairi di berbagai tempat di Indonesia. Demikian pula di Kesultanan Langkat, para keturunan Jatengger Siregar gelar Tuanku Ali Sakti mendirikan ‘Lilbanaad College’.<br />1923<br />Arsip Bakkara diamankan pendeta Pilgram<br />1928<br />Jong Batak merupakan elemen sumpah pemuda. Orang-orang Batak tanpa beda wilayah, marga dan agama bersatu mengusir Belanda.<br />1945<br />Tanah Batak merupakan bagian dari Indonesia merdeka</strong></span></div>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8595773649434221927.post-51126566127950508772009-08-16T02:05:00.000-07:002010-11-14T06:26:35.787-08:00<div align="justify"><br /><a title="BATAK" href="http://rapolo.wordpress.com/">BATAK</a><br />Adat Istiadat Budaya Batak Bonapasogit<br />Sejarah Batak<br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/page/2/">« Tulisan-tulisan yang lebih lama</a><br /><a title="Tautan Tetap ke Sejarah Batak berdasarkan tahun – bagian ketiga Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/2009/03/22/sejarah-batak-berdasarkan-tahun-bagian-ketiga-batak/" rel="bookmark">Sejarah Batak berdasarkan tahun – bagian ketiga Batak</a><br />Maret 22, 2009 – 12:15 pm<br />Mainstream dari Suku bangsa BATAK mendarat di Muara Sungai Sorkam. Mereka kemudian bergerak ke pedalaman, perbukitan. Melewati Pakkat, Dolok Sanggul, dan dataran tinggi Tele mencapai Pantai Barat Danau Toba. Mereka kemudian mendirikan perkampungan pertama di Pusuk Buhit di Sianjur Sagala Limbong Mulana di seberang kota Pangururan yang sekarang. Mitos Pusuk Buhit pun tercipta.baca Sejarah Batak [...]<br />Oleh <a class="url fn" title="View all posts by rapolo" href="http://rapolo.wordpress.com/author/rapolo/">rapolo</a> Juga ditulis dalam <a title="Lihat seluruh tulisan dalam Danau Toba" href="http://id.wordpress.com/tag/danau-toba-legenda/" rel="category tag">Danau Toba</a><br /><a title="Tautan Tetap ke Sejarah Batak berdasarkan tahun – bagian kedua Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/2009/03/14/sejarah-batak-berdasarkan-tahun-bagian-kedua-batak/" rel="bookmark">Sejarah Batak berdasarkan tahun – bagian kedua Batak</a><br />Maret 14, 2009 – 11:48 am<br />3000-1000 SM (Sebelum masehi)Bangsa Batak yang merupakan bagian dari Ras Proto Malayan hidup damai bermukim di perbatasan Burma/Myanmar dengan India. Beberapa komunitas tersebut yang kemudian menjadi cikal-bakal bangsa adalah kelompok Bangsa Karen, Toradja, Tayal, Ranau, Bontoc, Meo serta trio Naga, Manipur, Mizoram. Tiga yang terakhir ini sekarang berwarga negara India. Adat istiadat mereka dan aksesoris [...]<br />Oleh <a class="url fn" title="View all posts by rapolo" href="http://rapolo.wordpress.com/author/rapolo/">rapolo</a> <a title="Tautan Tetap ke Sejarah Batak berdasarkan tahun – bagian pertama Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/2009/03/04/sejarah-batak-berdasarkan-tahun-bagian-pertama-batak/" rel="bookmark">Sejarah Batak berdasarkan tahun – bagian pertama Batak</a><br />Maret 4, 2009 – 10:41 pm<br />Permulaan Generasi Pertama ManusiaTersebutlah dalam kitab-kitab suci bangsa Timur Tengah bahwa Adam, yang dianggap sebagai manusia pertama dan Nabi pertama, mulai mengembangkan generasinya bersama Siti Hawa, Nenek Moyang Manusia yang ditemukan kembali setelah didamparkan di daerah India dari Surga.baca Sejarah Batak berdasarkan tahun – bagian pertama Batak.<br />Oleh <a class="url fn" title="View all posts by rapolo" href="http://rapolo.wordpress.com/author/rapolo/">rapolo</a> Juga ditulis dalam <a title="Lihat seluruh tulisan dalam Sejarah Batak berdasarkan tahun" href="http://id.wordpress.com/tag/sejarah-batak-berdasarkan-tahun/" rel="category tag">Sejarah Batak berdasarkan tahun</a> <br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/page/2/">« Tulisan-tulisan yang lebih lama</a><br /><br /><a href="http://kumpulblogger.com/imglempar.php?b=4606&adv=0&sc=wp"></a><a href="http://kumpulblogger.com/imglempar.php?b=4606&adv=1&sc=wp"></a><a href="http://kumpulblogger.com/imglempar.php?b=4606&adv=2&sc=wp"></a><a href="http://kumpulblogger.com/imglempar.php?b=4606&adv=3&sc=wp"></a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/04/01/batak-umpasa-batak-simalungun-batak/">Batak Umpasa Batak Simalungun </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/03/25/orang-batak-dilecehkan-batak/">ORANG BATAK dilecehkan! Batak </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/03/22/sejarah-batak-berdasarkan-tahun-bagian-ketiga-batak/">Sejarah Batak berdasarkan tahun – bagian ketiga Batak </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/03/16/pernikahan-adat-batak/">Pernikahan Adat Batak </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/03/14/sejarah-batak-berdasarkan-tahun-bagian-kedua-batak/">Sejarah Batak berdasarkan tahun – bagian kedua Batak </a><br /><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/03/11/sisingamangaraja-menurut-cucunya-wawancara-dengan-raja-napatar-batak/">SISINGAMANGARAJA menurut cucunya (wawancara dengan Raja Napatar Batak </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/03/09/asal-mula-danau-toba-versi-ilmiah-batak/">Asal mula Danau Toba versi ilmiah Batak </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/03/04/sejarah-batak-berdasarkan-tahun-bagian-pertama-batak/">Sejarah Batak berdasarkan tahun – bagian pertama Batak </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/02/10/lagu-batak-butet/">Lagu Batak – BUTET </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/02/03/adat-batak-untuk-semua/">Adat batak untuk semua </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/01/28/boru-hasian/">Boru Hasian </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/01/27/hiou-pakaian-adat-batak-simalungun/">Hiou Pakaian Adat Batak Simalungun </a><br /><a href="http://rapolo.wordpress.com/2009/01/25/tarombo-marga-sipayung/">Tarombo Marga Sipayung </a><br /><a href="http://batak.blogspot.com/2009/03/batak-umpasa-batak-simalungun.html" rel="nofollow">batak.blogspot.com/2…</a><br /><a href="http://batakmp3.blogspot.com/" rel="nofollow">batakmp3.blogspot.co…</a><br /><a href="http://batak.blogspot.com/2009/01/orang-batak-dilecehkan.html" rel="nofollow">batak.blogspot.com/2…</a><br /><a href="http://id.wordpress.com/tag/lubis/" rel="nofollow">id.wordpress.com/tag…</a><br /><a href="http://batak.blogspot.com/2009/01/sejarah-batak-berdasarkan-tahun-bagian.html" rel="nofollow">batak.blogspot.com/2…</a><br /><a href="http://batak.blogspot.com/2009/03/orang-batak-wilmar-sitorus-orang-kaya.html" rel="nofollow">batak.blogspot.com/2…</a><br /><a href="http://id.wordpress.com/tag/batak-mp3/" rel="nofollow">id.wordpress.com/tag…</a><br /><a href="http://batak.blogspot.com/2009/01/sisingamangaraja-menurut-cucunya.html" rel="nofollow">batak.blogspot.com/2…</a><br /><a href="http://batak.blogspot.com/2008/07/asal-mula-danau-toba-versi-ilmiah.html" rel="nofollow">batak.blogspot.com/2…</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Batak MP3" href="http://rapolo.wordpress.com/category/batak-mp3/">Batak MP3</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Axido" href="http://rapolo.wordpress.com/category/batak-mp3/axido/">Axido</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Charles Simbolon" href="http://rapolo.wordpress.com/category/batak-mp3/charles-simbolon/">Charles Simbolon</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Berita Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/berita-batak/">Berita Batak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Adat batak untuk semua" href="http://rapolo.wordpress.com/category/berita-batak/adat-batak-untuk-semua/">Adat batak untuk semua</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam ORANG BATAK dilecehkan!" href="http://rapolo.wordpress.com/category/berita-batak/orang-batak-dilecehkan/">ORANG BATAK dilecehkan!</a><br /><a title="Budaya dan Adat Istiadat Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/budaya-dan-adat-batak/">Budaya dan Adat Batak</a><br /><a title="Adat Istiadat dan Budaya Batak Karo" href="http://rapolo.wordpress.com/category/budaya-dan-adat-batak/adat-batak-karo/">Adat Batak Karo</a><br /><a title="Adat Istiadat dan Budaya Batak Mandailing" href="http://rapolo.wordpress.com/category/budaya-dan-adat-batak/adat-batak-mandailing/">Adat Batak Mandailing</a><br /><a title="Adat Istiadat dan Budaya Batak Simalungun" href="http://rapolo.wordpress.com/category/budaya-dan-adat-batak/adat-batak-simalungun/">Adat Batak Simalungun</a><br /><a title="Adat Istiadat dan Budaya Batak Toba" href="http://rapolo.wordpress.com/category/budaya-dan-adat-batak/adat-batak-toba/">Adat Batak Toba</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Cerita/ Dongeng Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/">Cerita/ Dongeng Batak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Batu Gantung Parapat" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/batu-gantung-parapat/">Batu Gantung Parapat</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Hikayat Boru Napuan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/hikayat-boru-napuan/">Hikayat Boru Napuan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Itor itor Galot" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/itor-itor-galot/">Itor itor Galot</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Raja Raja Biak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/raja-raja-biak/">Raja Raja Biak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Sampuraga" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/sampuraga-cerita-dongeng/">Sampuraga</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Saroding Pandiangan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/saroding-pandiangan/">Saroding Pandiangan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Si Losung Dan Si Pinggan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/si-losung-dan-si-pinggan/">Si Losung Dan Si Pinggan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Silinduat/ Kembar" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/silinduat-kembar/">Silinduat/ Kembar</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Simardan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/simardan-cerita-dongeng/">Simardan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Sipiso Somalim" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/sipiso-somalim-cerita-dongeng/">Sipiso Somalim</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Tunggal Panaluan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/tunggal-panaluan/">Tunggal Panaluan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Turi-Turin Beru Ginting Sope Mbelin" href="http://rapolo.wordpress.com/category/cerita-dongeng-batak/turi-turin-beru-ginting-sope-mbelin/">Turi-Turin Beru Ginting Sope Mbelin</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Gondang-Opera Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/gondang-opera-batak/">Gondang-Opera Batak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Batak dalam musik dunia" href="http://rapolo.wordpress.com/category/gondang-opera-batak/batak-dalam-musik-dunia/">Batak dalam musik dunia</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Pesta Bona Taon" href="http://rapolo.wordpress.com/category/gondang-opera-batak/pesta-bona-taon/">Pesta Bona Taon</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Sastra Batak Haruskah Dibiarkan Punah" href="http://rapolo.wordpress.com/category/gondang-opera-batak/sastra-batak-haruskah-dibiarkan-punah/">Sastra Batak Haruskah Dibiarkan Punah</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Uning-uningan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/gondang-opera-batak/uning-uningan-gondang-opera-batak/">Uning-uningan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Tapanuli" href="http://rapolo.wordpress.com/category/kota/tapanuli/">Tapanuli</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Lagu Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/lagu-batak/">Lagu Batak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Anak Naburju" href="http://rapolo.wordpress.com/category/lagu-batak/anak-naburju/">Anak Naburju</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Boru Hasian" href="http://rapolo.wordpress.com/category/lagu-batak/boru-hasian/">Boru Hasian</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Piso Surit" href="http://rapolo.wordpress.com/category/lagu-batak/piso-surit-lagu-batak/">Piso Surit</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Poda" href="http://rapolo.wordpress.com/category/lagu-batak/poda-lagu-batak/">Poda</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Legenda" href="http://rapolo.wordpress.com/category/legenda/">Legenda</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Danau Toba" href="http://rapolo.wordpress.com/category/legenda/danau-toba-legenda/">Danau Toba</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Legenda Garamata" href="http://rapolo.wordpress.com/category/legenda/legenda-garamata/">Legenda Garamata</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Legenda Lau Kawar" href="http://rapolo.wordpress.com/category/legenda/legenda-lau-kawar/">Legenda Lau Kawar</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Legenda Tuak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/legenda/legenda-tuak/">Legenda Tuak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Raja Sisingamangaraja XII" href="http://rapolo.wordpress.com/category/legenda/raja-sisingamangaraja-xii/">Raja Sisingamangaraja XII</a><br /><a title="Tokoh dan Orang Batak yang terkenal di Bidangnya" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/">Orang Batak Hebat</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Abdul Haris Nasution" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/abdul-haris-nasution/">Abdul Haris Nasution</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Wawancara AH Nasution" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/abdul-haris-nasution/wawancara-ah-nasution/">Wawancara AH Nasution</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Aberson Marle Sihaloho" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/aberson-marle-sihaloho/">Aberson Marle Sihaloho</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Adam Malik" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/adam-malik-batak-hebat/">Adam Malik</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Adian Silalahi" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/adian-silalahi/">Adian Silalahi</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Adnan Buyung Nasution" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/adnan-buyung-nasution/">Adnan Buyung Nasution</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Adrianus Meliala" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/adrianus-meliala/">Adrianus Meliala</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Advent Bangun" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/advent-bangun/">Advent Bangun</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Akbar Tandjung" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/akbar-tandjung/">Akbar Tandjung</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Albert Hasibuan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/albert-hasibuan/">Albert Hasibuan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Annie Bertha Simamora" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/annie-bertha-simamora-orang-batak-terkenal/">Annie Bertha Simamora</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Anwar Nasution" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/anwar-nasution/">Anwar Nasution</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam AWK Samosir" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/awk-samosir/">AWK Samosir</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Bonar Simangunsong" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/bonar-simangunsong/">Bonar Simangunsong</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Bongsu Pasaribu" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/bongsu-pasaribu/">Bongsu Pasaribu</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Bungaran Saragih" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/bungaran-saragih/">Bungaran Saragih</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Chairuddin Panusunan Lubis" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/chairuddin-panusunan-lubis/">Chairuddin Panusunan Lubis</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Chairul Tanjung" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/chairul-tanjung/">Chairul Tanjung</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam D.I. Panjaitan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/di-panjaitan/">D.I. Panjaitan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Dewi Lestari Simangunsong" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/dewi-lestari-simangunsong/">Dewi Lestari Simangunsong</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam El Manik" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/el-manik/">El Manik</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Eva Riyanti Hutapea" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/eva-riyanti-hutapea/">Eva Riyanti Hutapea</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam GM Tampubolon" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/gm-tampubolon/">GM Tampubolon</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Gordon Tobing" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/gordon-tobing/">Gordon Tobing</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Kiras Bangun" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/kiras-bangun/">Kiras Bangun</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Laurence Adolf Manullang" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/laurence-adolf-manullang/">Laurence Adolf Manullang</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Marsillam Simanjuntak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/marsillam-simanjuntak-batak-hebat/">Marsillam Simanjuntak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Maruarar Siahaan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/maruarar-siahaan/">Maruarar Siahaan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Maruli Sitompul" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/maruli-sitompul/">Maruli Sitompul</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam MF Siregar" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/mf-siregar/">MF Siregar</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Miranda S. Goeltom" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/miranda-s-goeltom/">Miranda S. Goeltom</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Mochtar Lubis" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/mochtar-lubis-batak-hebat/">Mochtar Lubis</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Monang Sitorus" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/monang-sitorus/">Monang Sitorus</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam MS Kaban" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/ms-kaban/">MS Kaban</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Muchtar Pakpahan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/muchtar-pakpahan/">Muchtar Pakpahan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam MY Lubis" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/my-lubis/">MY Lubis</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Otto Hasibuan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/otto-hasibuan/">Otto Hasibuan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Panda Nababan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/panda-nababan/">Panda Nababan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Ramlan Surbakti" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/ramlan-surbakti/">Ramlan Surbakti</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam RO Tambunan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/ro-tambunan/">RO Tambunan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Semsar Siahaan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/semsar-siahaan/">Semsar Siahaan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Sitor Situmorang" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/sitor-situmorang/">Sitor Situmorang</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Sudi Silalahi" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/sudi-silalahi/">Sudi Silalahi</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Syamsir Siregar" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/syamsir-siregar/">Syamsir Siregar</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Tahi Bonar Simatupang" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/tahi-bonar-simatupang/">Tahi Bonar Simatupang</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Tri Satya Putri Naipospos" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/tri-satya-putri-naipospos/">Tri Satya Putri Naipospos</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Tuan Manullang" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/tuan-manullang/">Tuan Manullang</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Wilmar Sitorus" href="http://rapolo.wordpress.com/category/orang-batak-hebat/wilmar-sitorus/">Wilmar Sitorus</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Sejarah Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/">Sejarah Batak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Batak artinya penunggang kuda" href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/batak-artinya-penunggang-kuda/">Batak artinya penunggang kuda</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Bonapasogit Raja Sumba" href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/bonapasogit-raja-sumba/">Bonapasogit Raja Sumba</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Eksistensi Kerajaan Haru-Karo" href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/eksistensi-kerajaan-haru-karo/">Eksistensi Kerajaan Haru-Karo</a><br /><a title="Gereja Batak Karo Protestan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/gbkp/">GBKP</a><br /><a title="Gereja Kristen Protestan simalungun" href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/gkps/">GKPS</a><br /><a title="Huria Kristen Batak Protestan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/hkbp/">HKBP</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam HKI" href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/hki/">HKI</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Sejarah Batak berdasarkan tahun" href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/sejarah-batak-berdasarkan-tahun/">Sejarah Batak berdasarkan tahun</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Terbentuknya Simalungun" href="http://rapolo.wordpress.com/category/sejarah-batak/terbentuknya-simalungun/">Terbentuknya Simalungun</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Tarombo" href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/">Tarombo</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Damanik" href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/damanik-tarombo/">Damanik</a><br /><a title="“Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh)." href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/harungguan-bolon-simalungun/">Harungguan Bolon Simalungun</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Paratur ni parhundulon" href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/paratur-ni-parhundulon/">Paratur ni parhundulon</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Parna (Pomparan ni si Raja Naiambaton)" href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/parna-pomparan-ni-si-raja-naiambaton/">Parna (Pomparan ni si Raja Naiambaton)</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Perkerabatan Simalungun" href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/perkerabatan-simalungun/">Perkerabatan Simalungun</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Raja Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/raja-batak/">Raja Batak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Saragi(h) Turnip" href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/saragih-turnip/">Saragi(h) Turnip</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Sejarah Simanjuntak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/sejarah-simanjuntak/">Sejarah Simanjuntak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Sihombing Lumbantoruan" href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/sihombing-lumbantoruan/">Sihombing Lumbantoruan</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Tarombo Marga Sipayung" href="http://rapolo.wordpress.com/category/tarombo/tarombo-marga-sipayung/">Tarombo Marga Sipayung</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Turi Turian Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/turi-turian-batak/">Turi Turian Batak</a><br /><a title="Ulaon Upacara Adat Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/ulaonupacara-adat/">Ulaon/Upacara Adat</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Adopan Dongan Anjuon Tutur" href="http://rapolo.wordpress.com/category/ulaonupacara-adat/adopan-dongan-anjuon-tutur/">Adopan Dongan Anjuon Tutur</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Bertemu Leluhur di Toba Na Sae" href="http://rapolo.wordpress.com/category/ulaonupacara-adat/bertemu-leluhur-di-toba-na-sae/">Bertemu Leluhur di Toba Na Sae</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Menikah Tanpa Adat Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/ulaonupacara-adat/menikah-tanpa-adat-batak/">Menikah Tanpa Adat Batak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Merdang Merdem" href="http://rapolo.wordpress.com/category/ulaonupacara-adat/merdang-merdem/">Merdang Merdem</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Tata Cara dan Urutan Pernikahan Adat Na Gok" href="http://rapolo.wordpress.com/category/ulaonupacara-adat/tata-cara-dan-urutan-pernikahan-adat-na-gok/">Tata Cara dan Urutan Pernikahan Adat Na Gok</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Umpasa Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/umpasa-batak/">Umpasa Batak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Falsafah Umpasa Umpama Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/umpasa-batak/falsafah-umpasa-umpama-batak/">Falsafah Umpasa Umpama Batak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Penggunaan Umpasa Batak" href="http://rapolo.wordpress.com/category/umpasa-batak/penggunaan-umpasa-batak/">Penggunaan Umpasa Batak</a><br /><a title="Lihat seluruh tulisan dalam Simalungun" href="http://rapolo.wordpress.com/category/umpasa-batak/simalungun-umpasa-batak/">Simalungun</a><br /><a title="Umpasa Batak Toba" href="http://rapolo.wordpress.com/category/umpasa-batak/toba/">Toba</a><br /></div>sudisoithttp://www.blogger.com/profile/02660138052727830588noreply@blogger.com0